Sejarah Kelas XI IPS
Semester 1
Proses Masuk dan Berkembangnya Pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia
Pada permulaan tarikh masehi, di Benua
Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya dianggap sudah
tinggi, yaitu India dan Cina. Kedua negeri ini menjalin hubungan ekonomi
dan perdagangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran
berlangsung melalui jalan darat dan laut. Salah satu jalur lalu lintas
laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang
terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada
di dekat Selat Malaka memiliki keuntungan, yaitu:
- Sering dikunjungi bangsa-bangsa asing, seperti India, Cina, Arab, dan Persia,
- Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar,
- Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas, dan
- Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.
Keterlibatan bangsa Indonesia dalam
kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional menyebabkan timbulnya
percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan
pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa
hipotesis yang dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya
Hindu-Buddha ke Indonesia.
1. Hipotesis Brahmana
1. Hipotesis Brahmana
Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum
brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia.
Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk
menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung
hipotesis ini adalah Van Leur.
2. Hipotesis Ksatria
2. Hipotesis Ksatria
Pada hipotesis ksatria, peranan
penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut
hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan
antargolongan di dalam masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh
menghadapi perang, lantas meninggalkan India. Rupanya, diantara mereka
ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian
berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di
tempat itu pula terjadi proses penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K.
Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis ksatria.
3. Hipotesis Waisya
3. Hipotesis Waisya
Menurut para pendukung hipotesis waisya,
kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam
menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan
dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah
membuka peluang bagi terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J.
Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis waisya.
4. Hipotesis Sudra
4. Hipotesis Sudra
Von van Faber mengungkapkan bahwa
peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi
orang buangan. Mereka kemudian meninggalkan India dengan mengikuti kaum
waisya. Dengan jumlah yang besar, diduga golongan sudralah yang memberi
andil dalam penyebaran budaya Hindu ke Nusantara.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha. Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat semacam ini disebut Teori Arus Balik.
Pada umumnya para ahli cenderung kepada
pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya Hindu ke Indonesia itu
dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia sendiri. Bukti
tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu
Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya,
arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di
Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut
merupakan barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci
agama Buddha. Selain itu, banyak pula ditemukan prasasti tertua dalam
bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan
prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di
Kerajaan Sriwijaya pada abad ke-7 Masehi.
Masuknya pengaruh unsur kebudayaan
Hindu-Buddha dari India telah mengubah dan menambah khasanah budaya
Indonesia dalam beberapa aspek kehidupan.
1. Agama
1. Agama
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat
di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme.
Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama
Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Budaya baru
tersebut membawa perubahan pada kehidupan keagamaan, misalnya dalam hal
tata krama, upacara-upacara pemujaan, dan bentuk tempat peribadatan.
2. Pemerintahan
2. Pemerintahan
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan
oleh orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil
masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku
yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh
karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan
Sriwijaya.
3. Arsitektur
3. Arsitektur
Salah satu tradisi megalitikum adalah
bangunan punden berundak-undak. Tradisi tersebut berpadu dengan budaya
India yang mengilhami pembuatan bangunan candi. Jika kita memperhatikan
Candi Borobudur, akan terlihat bahwa bangunannya berbentuk limas yang
berundak-undak. Hal ini menjadi bukti adanya paduan budaya
India-Indonesia.
4. Bahasa
4. Bahasa
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di
Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf
Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan
hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa
Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan
hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma,
Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
5. Sastra
5. Sastra
Berkembangnya pengaruh India di Indonesia
membawa kemajuan besar dalam bidang sastra. Karya sastra terkenal yang
mereka bawa adalah kitab Ramayana dan Mahabharata. Adanya kitab-kitab
itu memacu para pujangga Indonesia untuk menghasilkan karya sendiri.
Karya-karya sastra yang muncul di Indonesia adalah:
- Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa,
- Sutasoma, karya Mpu Tantular, dan
- Negarakertagama, karya Mpu Prapanca.
Agama Hindu
Agama Hindu berkembang di India pada ±
tahun 1500 SM. Sumber ajaran Hindu terdapat dalam kitab sucinya yaitu
Weda. Kitab Weda terdiri atas 4 Samhita atau “himpunan” yaitu:
- Reg Weda, berisi syair puji-pujian kepada para dewa.
- Sama Weda, berisi nyanyian-nyanyian suci.
- Yajur Weda, berisi mantera-mantera untuk upacara keselamatan.
- Atharwa Weda, berisi doa-doa untuk penyembuhan penyakit.
Di samping kitab Weda, umat Hindu juga memiliki kitab suci lainnya yaitu:
- Kitab Brahmana, berisi ajaran tentang hal-hal sesaji.
- Kitab Upanishad, berisi ajaran ketuhanan dan makna hidup.
Agama Hindu menganut polytheisme (menyembah banyak dewa), diantaranya Trimurti atau “Kesatuan Tiga Dewa Tertinggi” yaitu:
- Dewa Brahmana, sebagai dewa pencipta.
- Dewa Wisnu, sebagai dewa pemelihara dan pelindung.
- Dewa Siwa, sebagai dewa perusak.
Selain Dewa Trimurti, ada pula dewa yang
banyak dipuja yaitu Dewa Indra pembawa hujan yang sangat penting untuk
pertanian, serta Dewa Agni (api) yang berguna untuk memasak dan
upacara-upacara keagamaan. Menurut agama Hindu masyarakat dibedakan
menjadi 4 tingkatan atau kasta yang disebut Caturwarna yaitu:
- Kasta Brahmana, terdiri dari para pendeta.
- Kasta Ksatria, terdiri dari raja, keluarga raja, dan bangsawan.
- Kasta Waisya, terdiri dari para pedagang, dan buruh menengah.
- Kasta Sudra, terdiri dari para petani, buruh kecil, dan budak.
Selain 4 kasta tersebut terdapat pula
golongan pharia atau candala, yaitu orang di luar kasta yang telah
melanggar aturan-aturan kasta.
Orang-orang Hindu memilih tempat yang
dianggap suci misalnya, Benares sebagai tempat bersemayamnya Dewa Siwa
serta Sungai Gangga yang airnya dapat mensucikan dosa umat Hindu,
sehingga bisa mencapai puncak nirwana.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Agama Buddha
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun ± 531 SM. Ayahnya seorang raja bernama Sudhodana dan ibunya Dewi Maya. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara.
Kitab suci agama Buddha yaitu Tripittaka
artinya “Tiga Keranjang” yang ditulis dengan bahasa Poli. Adapun yang
dimaksud dengan Tiga Keranjang adalah:
- Winayapittaka : Berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
- Sutrantapittaka : Berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
- Abhidarmapittaka : Berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau “Tiga Kebaktian” yaitu:
- Buddha yaitu berbakti kepada Buddha.
- Dharma yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
- Sangga yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Disamping itu agar orang dapat mencapai nirwana harus mengikuti 8 (delapan) jalan kebenaran atau Astavidha yaitu:
- Pandangan yang benar.
- Niat yang benar.
- Perkataan yang benar.
- Perbuatan yang benar.
- Penghidupan yang benar.
- Usaha yang benar.
- Perhatian yang benar.
- Bersemedi yang benar.
Karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu:
- Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
- Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.
Pemeluk Buddha juga memiliki tempat-tempat yang dianggap suci dan keramat yaitu:
- Kapilawastu, yaitu tempat lahirnya Sang Buddha.
- Bodh Gaya, yaitu tempat Sang Buddha bersemedi dan memperoleh Bodhi.
- Sarnath/ Benares, yaitu tempat Sang Buddha mengajarkan ajarannya pertama kali.
- Kusinagara, yaitu tempat wafatnya Sang Buddha.
Indonesia ini kemudian berakulturasi dengan agama Hindu-Buddha. Hal
ini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang
berkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak seketat
atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisi
ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan
mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha
dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2. Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas dengan
lahirnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum
masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia tampaknya belum
mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan
yang berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakup
daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepala
suku bukanlah seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawa
pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha di Indonesia. Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai,
Tarumanagara, Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang
bercorak Buddha adalah Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia
adalah adanya kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan
Mataram lama.
ini terbukti dari beberapa upacara keagamaan Hindu-Buddha yang
berkembang di Indonesia walaupun dalam beberapa hal tidak seketat
atau mirip dengan tata cara keagamaan yang berkembang di India. Kondisi
ini menunjukkan bahwa dalam tatacara pelaksanaan upacara keagamaan
mengalami proses sinkretisme antara kebudayaan agama Hindu-Buddha
dengan kebudayaan asli bangsa Indonesia.
2. Bidang politik dan pemerintahan, pengaruhnya terlihat jelas dengan
lahirnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia. Sebelum
masuknya pengaruh agama Hindu-Buddha di Indonesia tampaknya belum
mengenal corak pemerintahan dengan sistem kerajaan. Sistem pemerintahan
yang berlangsung masih berupa pemerintahan kesukuan yang mencakup
daerah-daerah yang terbatas. Pimpinan dipegang oleh seorang kepala
suku bukanlah seorang raja. Dengan masuknya pengaruh India, membawa
pengaruh terhadap terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-
Buddha di Indonesia. Kerajaan bercorak Hindu antara lain Kutai,
Tarumanagara, Kediri, Majapahit dan Bali, sedangkan kerajaan yang
bercorak Buddha adalah Kerajaan Sriwijaya. Hal yang menarik di Indonesia
adalah adanya kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha yaitu Kerajaan
Mataram lama.
3. Bidang pendidikan membawa pengaruh bagi munculnya lembaga-lembaga
pendidikan. Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana
dan mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga
pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-Buddha ini menjadi cikal
bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Bukti bukti yang menunjukkan telah berkembangnya pendidikan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain adalah:
a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal
dari Cina, menyebutkan bahwa sebelum dia sampai ke India, dia
terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya I-Tsing melihat
begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia memutuskan
untuk menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan
salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha yang ternama
di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing menganjurkan kepada
siapa saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha
untuk singgah dan mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di
Sriwijaya. Berita I-Tsing ini menunjukkan bahwa pendidikan agama
Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan tampaknya menjadi
yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.
b. Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-
9, dan ditemukan di India. Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja
Balaputradewa dari Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta pada raja
Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk pembangunan
asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama
Buddha yang berasal dari Sriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut,
kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja Sriwijaya terhadap
pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini
terlihat dengan dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk
belajar agama Buddha langsung ke daerah kelahirannya yaitu India.
Tidak mustahil bahwa sekembalinya para pelajar ini ke Sriwijaya
maka mereka akan menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut
kepada masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk asrama-asrama
sebagai pusat pengajaran dan pendidikan agama Buddha.
c. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning
dari Cina pernah berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha
di Jawa). Tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan pendeta
Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir
kitab Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa
pun telah dikenal pendidikan agama Buddha yang kemudian menjadi
rujukan bagi pendeta yang berasal dari daerah lain untuk bersamasama
mempelajari agama dengan pendeta yang berasal dari Indonesia.
d. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh
Raja Airlangga menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama
oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu tempat
yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.
Hal ini menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap
pendidikan keagamaan bagi rakyatnya dengan memberikan fasilitas
berupa pembuatan bangunan yang akan digunakan sebagai sarana
pendidikan dan pengajaran.
e. Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga
pendidikan Islam tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal
dari pengaruh Hindu-Buddha. Surau merupakan tempat yang dibangun
sebagai tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa Raja
Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat
berkumpul para pemuda untuk belajar ilmu agama. Pada masa Islam
kebiasaan ini terus dilajutkan dengan mengganti fokus kajian dari
Hindu-Buddha pada ajaran Islam.
4. Bidang sastra dan bahasa. Dari segi bahasa, orang-orang Indonesiapendidikan. Meskipun lembaga pendidikan tersebut masih sangat sederhana
dan mempelajari satu bidang saja, yaitu keagamaan. Akan tetapi lembaga
pendidikan yang berkembang pada masa Hindu-Buddha ini menjadi cikal
bakal bagi lahirnya lembaga-lembaga pendidikan di Indonesia. Bukti bukti yang menunjukkan telah berkembangnya pendidikan pada masa
kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia, antara lain adalah:
a. Dalam catatan perjalanan I-Tsing, seorang pendeta yang berasal
dari Cina, menyebutkan bahwa sebelum dia sampai ke India, dia
terlebih dahulu singgah di Sriwijaya. Di Sriwijaya I-Tsing melihat
begitu pesatnya pendidikan agama Buddha, sehingga dia memutuskan
untuk menetap selama beberapa bulan di Sriwijaya dan menerjemahkan
salah satu kitab agama Buddha bersama pendeta Buddha yang ternama
di Sriwijaya, yaitu Satyakirti. Bahkan I-Tsing menganjurkan kepada
siapa saja yang akan pergi ke India untuk mempelajari agama Buddha
untuk singgah dan mempelajari terlebih dahulu agama Buddha di
Sriwijaya. Berita I-Tsing ini menunjukkan bahwa pendidikan agama
Buddha di Sriwijaya sudah begitu maju dan tampaknya menjadi
yang terbesar di daerah Asia Tenggara pada saat itu.
b. Prasasti Nalanda yang dibuat pada sekitar pertengahan abad ke-
9, dan ditemukan di India. Pada prasasti ini disebutkan bahwa raja
Balaputradewa dari Suwarnabhumi (Sriwijaya) meminta pada raja
Dewapaladewa agar memberikan sebidang tanah untuk pembangunan
asrama yang digunakan sebagai tempat bagi para pelajar agama
Buddha yang berasal dari Sriwijaya. Berdasarkan prasasti tersebut,
kita bisa melihat begitu besarnya perhatian raja Sriwijaya terhadap
pendidikan dan pengajaran agama Buddha di kerajaannya. Hal ini
terlihat dengan dikirimkannya beberapa pelajar dari Sriwijaya untuk
belajar agama Buddha langsung ke daerah kelahirannya yaitu India.
Tidak mustahil bahwa sekembalinya para pelajar ini ke Sriwijaya
maka mereka akan menyebarluaskan hasil pendidikannya tersebut
kepada masyarakat Sriwijaya dengan jalan membentuk asrama-asrama
sebagai pusat pengajaran dan pendidikan agama Buddha.
c. Catatan perjalanan I-Tsing menyebutkan bahwa pendeta Hui-Ning
dari Cina pernah berangkat ke Ho-Ling (salah satu kerajaan Buddha
di Jawa). Tujuannya adalah untuk bekerja sama dengan pendeta
Ho-Ling yaitu Jnanabhadra untuk menerjemahkan bagian terakhir
kitab Nirwanasutra. Dari berita ini menunjukkan bahwa di Jawa
pun telah dikenal pendidikan agama Buddha yang kemudian menjadi
rujukan bagi pendeta yang berasal dari daerah lain untuk bersamasama
mempelajari agama dengan pendeta yang berasal dari Indonesia.
d. Pada prasasti Turun Hyang, yaitu prasasti yang dikeluarkan oleh
Raja Airlangga menyebutkan tentang pembuatan Sriwijaya Asrama
oleh Raja Airlangga. Sriwijaya Asrama merupakan suatu tempat
yang dibangun sebagai pusat pendidikan dan pengajaran keagamaan.
Hal ini menunjukkan besarnya perhatian Raja Airlangga terhadap
pendidikan keagamaan bagi rakyatnya dengan memberikan fasilitas
berupa pembuatan bangunan yang akan digunakan sebagai sarana
pendidikan dan pengajaran.
e. Istilah surau yang digunakan oleh orang Islam untuk menunjuk lembaga
pendidikan Islam tradisional di Minangkabau sebenarnya berasal
dari pengaruh Hindu-Buddha. Surau merupakan tempat yang dibangun
sebagai tempat beribadah orang Hindu-Buddha pada masa Raja
Adityawarman. Pada masa itu, surau digunakan sebagai tempat
berkumpul para pemuda untuk belajar ilmu agama. Pada masa Islam
kebiasaan ini terus dilajutkan dengan mengganti fokus kajian dari
Hindu-Buddha pada ajaran Islam.
mengenal bahasa Sanskerta dan huruf Pallawa. Pada masa kerajaan Hindu-
Buddha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada aman
kejayaan kerajaan Kediri. Karya sastra itu antara lain,
a. Arjunawiwaha, karya Mpu Kanwa yang disusun pada masa
pemerintahan Airlangga.
b. Bharatayudha, karya Mpu Sedah dan Mpu Panuluh disusun pada
aman kerajaan Kediri.
c. Gatotkacasraya, karya Mpu Panuluh disusun pada aman kerajaan
Kediri.
d. Arjuna Wijaya dan Sutasoma, karya Mpu Tantular yang disusun
pada aman kerajaan Majapahit.
e. Negarakertagama, karya Mpu Prapanca disusun pada aman kerajaan
Majapahit.
f. Wretta Sancaya dan Lubdhaka, karya Mpu Tanakung yang disusun
pada aman kerajaan Majapahit.
5. Bidang seni tari. Berdasarkan relief-relief yang terdapat pada candicandi,
terutama candi Borobudur dan Prambanan memperlihatkan adanya
bentuk tari-tarian yang berkembang sampai sekarang. Bentuk-bentuk
tarian yang digambarkan dalam relief memperlihatkan jenis tarian seperti
tarian perang, tuwung, bungkuk, ganding, matapukan (tari topeng).
Tari-tarian tersebut tampaknya diiringi dengan gamelan yang terlihat dari
relief yang memperlihatkan jenis alat gamelan yang terbatas seperti gendang,
kecer, gambang, saron, kenong, beberapa macam bentuk kecapi, seruling
dan gong.
MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA DAN KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM
TEORI MASUKNYA AGAMA ISLAM KE INDONESIA
1. Islam masuk dari Gujarat
Dibuktikan dengan adanya makam raja Islam di Samudera Pasai, yaitu Raja Malik AL Saleh, yang terbuat dari marmer. Ketika marmer tersebut retak terlihat bagian dalamnya ada relief yang menunjukkan seperti tembok kuil Hindu di Gujarat.
2. Islam masuk dari Persia
Di Persia ada suku yang bernama Leran, dan Di Indonesia juga ada kampung yang bernama Leran. Suku itulah yang dianggap datang ke Indonesia dan mengunakan nama suku mereka. Selain itu di Persia ada upacara peringatan wafatnya Husein dengan mengarak peti yang disebut Tabut. Sehingga bulan Muharram sering disebut juga bulan Tabut. Di Minangkabau dan Aceh ada juga yang menyebut bulan Muharram sebagai bulan Tabut. Hal ini dianggap sebagai pengaruh dari Persia.
3. Islam masuk dari Arab
Raja Samudera Pasai menggunakan gelar Al Malik seperti yang digunakan oleh raja di Mesir. Raja Samudera Pasai bermazhab syafii, dan mazhab Syafii sendiri yang terbesar waktu itu ada di mesir dan Mekkah.
4. Islam masuk pada abad ke 11
Ditemukannya nisan Fatimah Binti Maemun di Leran, Gresik yang berangka tahun 1082.
5. Islam masuk pada abad ke 13
Catatan perjalanan Marcopolo yang pernah singgah ke perlak Pada tahun 1292 dan berjumpa dengan orang-orang yang menganut agama Islam. Ditemukannya nisan makam raja Samudera Pasai, Sultan Malik Al Saleh yang berangka tahun 1297 M.PENYEBARAN AGAMA ISLAM
Agama Islam disebarkan oleh Wali Sanga:
1. Maulana Malik Ibrahim / Maulana Magribi yang diperkirakan berasal dari Arab dan dianggap sebagai perintis penyebaran Agama Islam di Pulau Jawa.
2. Sunan Ampel / Raden Rahmat : murid Maulana Malik Ibrahim yang juga pendiri pondok pesantren di Ampel Denta Surabaya.
3. Sunan Bonang/ Mahdun Ibrahim : putra Sunan Ampel . Ia menciptakan beberapa lagu macapat yang didalamnya berisikan ajaran Islam, seperti tembang Durma.
4. Sunan Drajat/ Syarifuddin : putra Sunan Ampel. Ia menumpahkan kegiatan pada upaya peningkatan kesejahteraan fakir miskin, seperti zakat, infaq.
5. Sunan Giri/Raden Paku : sahabat karib sunan Bonang. Ia menitikberatkan pada bidang pendidikan.
6. Sunan Kalijaga/Jaka Said : sarana dakwah yang digunakan berupa pertunjukan wayang kulit.
7. Sunan Kudus / Ja’Far Shadiq : Ia mendapat kepercayaan dari kasultanan Demak untuk menjabat hakim tinggi dan panglima militer.
8. Sunan Muria / Raden Umar Syaid : menyampaikan dakwah melalui seni atau tembang macapat, seperti sinom dan kinanti.
9. Sunan Gunung Jati/ Syarif Hidayatullah : menyebarkan islam di Jawa Barat. KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM
1. Samudera Pasai
Merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Didirikan oleh Laksamana Laut Mesih yang bernama Nazimuddin Al Kamil. Pada tahun 1285 M kerajaan Samudera Pasai dapat direbut oleh Marah Silu, sehingga dia diangkat menjadi raja dengan gelar Sultan Malik Al Saleh. Setelah meninggal, ia digantikan putranya Sultan Muhammad atau yang dikenal dengan nama Malik Al Tahir. Ia memerintah samapai tahun 1326 M, kemudian digantikan oleh Sultan Ahmad Malik Al Tahir.
2. Aceh
Didirikan oleh Sultan Ibrahim yang bergelar Sultan Ali Mughayat Syah atau disebut juga Sultan Ibrahim. Kerajaan Aceh mencapai masa keemasan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Selanjutnya Sultan Iskandar Muda digantikan oleh menantunya yaitu Iskandar Tani.
3. Demak
Kesultanan Demak didirikan oleh seorang adipati yang bernama Raden Patah. Untuk menghadapi Portugis Armada Denak yang dipimpin Pati Unus (Putra Raden Patah) melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Oleh karena itu Pati Unus diberi Gelar Pangeran Sabrang Lor yang artinya pangeran yang pernah menyeberangi lautan di sebelah Utara kesultanan Demak. Setelah Raden Patah meninggal, ia digantikan oleh Pati Unus, selanjutnya Pati Unus diganti oleh Trenggana. Setelah sultan Trenggana meninggal, terjadi pertikaian antara Pangeran Sekar Seda ing Lepen (adik Trenggana)dengan Pangeran Prawoto (anak trenggana). Pangeran Prawoto berhasil membunuh pangeran Sekar Seda Ing Lepen. Tetapi kemudian Pangeran Prawoto dibunuh oleh Arya Penangsang (anak Pangeran Sekar Seda ing Lepen). Arya penangsang kemudian tampil menjadi sultan Demak ke 4. Pemerintahan Arya Penangsang dipenuhin dengan kekacauan karena banyak orang yang tidak suka dengannya. Hingga pada akhirnya seorang adipati Pajang bernama Adiwijaya atau Jaka Tingkir atau Mas Karebet berhasil membinasakan Arya Penangsang. Setelah kematian Arya Penangsang, kerajaan Demak berpindah ke tangan Jaka Tingkir.
4. Pajang
Pendiri Kesultanan Pajang adalah Adiwijaya. Setelah Sultan Adiwijaya meninggal, seharusnya pangeran Benawa yang menduduki tahta Pajang, akan tetapi ia disingkirkan oleh Arya Pangiri (putra pangeran Prawata). Tindakan Arya Pangiri menimbulkan upaya-upaya perlawanan, hal ini kemudian dimanfaatkan oleh Pangeran Benawa untuk merebut kembali tahta Pajang. Karena itu, ia menjalin kerjasama dengan Mataram yang dipimpin oleh Sutawijaya. Setelah Arya PAngiri dapat dikalahkan, pangeran Benawa justru menyerahkan kekuasaan pada Sutawijaya. Selanjutnya Sutawijaya memindahkan Pajang ke Mataram sehingga berakhirlah kekuasaan Pajang.
5. Mataram Islam
Mataram merupakan hadiah dari Adiwijaya kepada Ki Ageng Pamanahan karena ia telah berjasa membantu Adiwijaya menaklukkan Arya Penangsang. Ketika Ki Ageng Pamanahan meninggal, Mataram di pegang oleh putranya, Sutawijaya. Sutawijaya diangkat menjadi Adipati Mataram dan diberi gelar Senopati ing Alogo Sayidin Panatagama yang berarti panglima perang dan pembela agama. Sepeninggal Senopati, Tampuk kekuasaan dipegang oleh putranya (Mas Jolang), tetapi Mas Jolang meninggal sebelum berhasil memadamkan banyak pemberontakan. Penggantinya adalah Raden Rangsang atau lebih dikenal dengan Sultan Agung. Pada masa pemerintahan Sultan Agung, Mataram mencapai masa kejayaan. Akan tetapi Mataram mulai mengalami kemunduran ketika masa pemerintahan pengganti-pengganti Sultan agung, misal Amangkurat 1 dan Amangkurat 11. Kemunduran Mataram yang lebih utama karena aneksasi yang dilakukan Belanda. Setelah terjadinya perjanjian Gianti, kerajaan Mataram dipecah menjadi dua bagian menjadi Kerajaan Surakarta dan Kerajaan Yogyakarta. Lebih dadi itu, dengan adanya Perjanjian Salatiiga, Kerajaan Surakarta terpecah lagi menjadi dua yaitu Mangkunegaran dan Pakualaman/kasunanan.
6. Cirebon
Kasultanan Cirebon didirikan oleh Syarief Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Dengan bantuan Fatahillah, kesultanan Cirebon dapat meluaskan kekuasaannya meliputi Jayakarta dan Pajajaran. Kemenangan-kemenangan fatahillah membuat Sunan Gunung Jati tertarik dan menjodohkan Fatahillah dengan Ratu Wulung Ayu. Ketika Sunan Gunung Jati sudah menua, Kesultanan Cirebon diserahkan kepada putranya Pangeran Muhammad Arifin dengan gelar Pangeran Pasaran Pasarean. Sepeninggal Pangeran Pasarean, kedudukan Sultan diserahkan kepada Pangeran Sebakingking atau yang bergelar Sultan Maulana Hasanuddin. Pada abad ke 17 terjadi perselisihan dalam keluarga, sehingga kasultanan Cirebon pecah menjadi dua yaitu Kasepuhan dan Kanoman.
7. Banten
Daerah Banten di Islamkan oleh Sunan Gunung Jati. Pemerintahan dipegang oleh Sultan Maulana Hasanuddin. Setelah Sultan Hasanuddin meninggal, ia digantikan oleh putranya Maulana Yusuf. Kesultanan Banten mencapai masa keemasan pada masa Sultan Ageng Tirtayasa. Akhir pemerintahan Sultan ageng ditandai dengan persengketaan dengan putranya Sultan Haji yang bersekongkol dengan Belanda.
8. Makasar
Pada abad ke 16 di Sulawesi Selatan terdapat dua kerajaan yaitu Goa dan Tallo. Kedua kerajaan itu bersatu dengan nama Goa-Tallo atau Makasar dengan ibu kota di Sombaopu, dan dikenal sebagai kerajaan Islam pertama di sulawesi. Raja-rajanya adalah Raja Goa Daeng Manribia dengan gelar Sultan Alauddin. Mangkubuminya adalah Raja Talolo Karaeng Matoaya bergelar Sultan Abdullah. Sultan Hasanuddin, yang pada masa pemerintahannya adalah puncak kejayaan Makasar.
9. Ternate dan Tidore
Kerajaan Ternate berdiri kira-kira abad ke 13. Ternate mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Baabullah. Sedangkan raja yang terkenal dari Tidore adalah Sultan Nuku.
PERKEMBANGAN
PENGARUH BARAT DAN PERUBAHAN EKONOMI, DEMOGRAFI DAN KEHIDUPAN SOSIAL
BUDAYA MASYARAKAT DI INDONESIA PADA MASA KOLONIAL
- LATAR BELAKANG KEDATANGAN ORANG – ORANG EROPA
1. Renaissance
Renaissance berasal dari bahasa Prancis,
Renascari yaitu kelahiran kembali kebudayaan klasik dari jaman Romawi
dan Yunani kuno yang meliputi kesusasteraan, seni dan ilmu pengetahuan.
Gerakan ini dipelopori oleh Dante Aligheiri, Petrarca dan Boccacio.
Timbulnya gerakan ini disebabkan oleh :
- Terjadinya pertumbuhan perdagangan di kota Venesia, Florence dan Geno (Italia)
- Adanya puing-puing bangunan lama yang megah dan mengagumkan di kota Roma dan kota-kota lainnya
- Perkembangan ekonomi Italia lebih maju dari Negara Eropa lainnya
- Bangsawan Italia tidak tinggal di pedalaman tapi di kota-kota
- Penjelajahan samudera dan Penemuan daerah baru
Awal abad ke 16 bangsa Portugis, Spanyol,
Inggris dan Negara Eropa lainnya mengadakan penjelajahan samudera
karena didorong oleh factor-faktor :
a. Tahun 1453 kota Konstantinopel jatuh ke tangan Turki yang mengakibatkan harga rempah-rempah menjadi sangat mahal
- Berkembangnya Ilmu pengetahuan tentang bumi dan ilmu astronomi dan penemuan kompas
- Timbulnya keinginan untuk mencari keuntungan yang besar dan upaya untuk mencari daerah baru
- Ingin menyebarkan agama Kristen ke seluruh dunia
- Adanya Penemuan baru di bidang ilmu Pengetahuan
a. Johan Guttenberg menemukan mesin cetak
b. Nicolaus Copernicus menemukan matahari sebagai pusat tata surya
c. Galileo galilei menemukan teleskop
d. Marthin Luther pencetus agama kristen Protestan
- Dominasi gereja katolik terhadap segala aspek kehidupan
- PAHAM RASIONALISME, REVOLUSI INDUSTRI, DAN KAPITALISME SERTA PERKEMBANGAN KOLONIALISME DAN IMPERIALISME BARAT DI INDONESIA
1. Paham Rasionalisme
Rasionalisme adalah paham yang menganggap
sesuatu itu dianggap benar jika sesuai dengan akal pikiran. Tempat
kelahiran rasionalisme adalah Prancis (Renne Descartes 1596-1650). Ia
adalah seorang filosof,ilmuwan dan matematikus Prancis yang tersohor.
Sebenarnya, rasionalisme merupakan kelanjutan dari perlawanan terhadap
ajaran-ajaran yang bersifat dogmatis dan taradisi yang mulai tampak pada
abad ke-15 dan abad ke-16.
2. Merkantilisme
Istilah Merkantilisme diambil dari kata
”Mercari” yang artinya berjual beli. Merkantilisme adalah sebuah sistem
ekonomi di mana negara memiliki wewenang yang besar, atau disebut juga
sebagai sistem ekonomi proteksi. Kemakmuran diperoleh dari perdagangan
luar negeri.
Tujuan dari merkantilisme adalah untuk
melindungi perkembangan industri perdagangan dan melindungi kekayaan
negara yang ada di masing-masing negara. Negara atau pemerintah
memperoleh kekayaan sebanyak-banyaknya untuk membiayai negara; negara
atau pemerintah merupakan satu-satunya penguasa ekonomi. Cara yang
digunakan dalam rangka memperkaya Negara adalah dengan penumpukan
kekayaan yang berupa logam mulia yaitu emas dan perak. Negara yang
banyak memiliki timbunan logam mulia dalam jumlah yang besar merupakan
negeri yang kaya, dan mempunyai kemampuan untuk mengembangkan
kekuatannya sehingga dapat memperkuat armada perangnya.
3. Revolusi Industri
Revolusi Industri adalah perubahan radikal dalam cara pembuatan atau
memproduksi barang-barang dengan
menggunakan mesin-mesin, baik untuk tenaga penggerak maupun untuk tenaga
pemproses. Dengan digunakannya mesin-mesinmenjadikan tenaga manusia
tidak terpakai lagi, sehingga terjadi peningkatan kualitas
dan kuantitas produksi barang, termasuk perubahan dalam cara kerja dan
pemasarannya.
4. Kapitalisme
Kapitalisme adalah system dan paham
ekonomi yang modalnya ( penanaman modal dan kegiatan industrinya
) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta guna
bersaing bebas di pasaran internasional, nasional maupun lokal.
Kapitalisme merupakan respon terhadap merkantilisme yang
menempatkan Negara sebagai pemilik kekayaan Negara. Kapitalisme
menempatkan individu sebagai pemilik modal yang menguasai
kekayaan alam.
C. MASUKNYA KOLONIALISME DAN IMPERIALISME ASING KE WILAYAH
INDONESIA : PORTUGIS, SPANYOL, VOC-BELANDA DAN INGGRIS
1. MASA KEKUASAAN VOC
Usaha bangsa Barat untuk mendapatkan
benua baru dipelopori oleh bangsa Portugis dan Spanyol yang ingin
mendapatkan rempah-rempah. Bartholomeu Dias (1492) dan Vasco daGama
(1498) berkebangsaan Portugis berlayar menyusuri pantai barat Benua
Afrika akhirnyatiba di Kalkuta, India. Kemudian mereka membangun kantor
dagang di Kalkuta dan berdagang di Asia Tenggara. Pada tahun 1512,
Portugis masuk ke Maluku sedangkan Spanyol masuk ke Tidore (1521) untuk
mencari rempah-rempah.
Pada tahun 1596, pedagang Belanda dengan
empat buah kapal di bawah Cornelis de Houtman berlabuh di Banten. Mereka
mencari rempah-rempah di sana dan daerah sekitarnya untuk
diperdagangkan di Eropa. Namun, karena kekerasan dan kurang menghormati
rakyat maka diusir dari Banten. Kemudian pada tahun 1598, pedagang
Belanda datang kembali ke Indonesia di bawah Van Verre dengan delapan
kapal dipimpin Van Neck, Jacob van Heemkerck datang di Banten dan
diterima Sultan Banten
Abdulmufakir dengan baik. Sejak saat itulah ada hubungan perdagangan dengan pihak
Belanda sehingga berkembang pesat perdagangan Belanda di Indonesia.
Namun, tujuan dagang tersebut kemudian
berubah. Belanda ingin berkuasa sebagai penjajah yang kejam dan
sewenang-wenang, melakukan monopoli perdagangan, imperialisme ekonomi,
dan perluasan kekuasaan.
Setelah bangsa Belanda berhasil
menanamkan kekuasaan perdagangan dan ekonomi di Indonesia maka pada
tanggal 20 Maret 1602 Belanda membentuk kongsi dagang VOC (Vereenigde
Oost-Indische Compagnie) yang dianjurkan oleh Johan van Olden Barnevelt
yang mendapat izin dan hak istimewa dari Raja Belanda. Alasan pendirian
VOC adalah adanya persaingan di antara pedagang Belandasendiri, adanya
ancaman dari komisi dagang lain, seperti (EIC) Inggris, dan dapat
memonopoli perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Untuk mendapatkan
keleluasaan usaha di Indonesia, VOC memiliki hak oktroi, yaitu hak
istimewa.
Di samping itu, VOC juga melakukan
pelayaran Hongi, yakni misi pelayaran Belanda yang ditugasi mengawasi,
menangkap, dan mengambil tindakan terhadap para pedagang dan penduduk
pribumi yang dianggapnya melanggar ketentuan perdagangan Belanda. Usaha
VOC semakin berkembang pesat (1623) dan berhasil menguasai rempah-
rempah di Ambon dalam peristiwa Ambon
Massacre. Selanjutnya tahun 1641, VOC berhasil merebut Malaka dari
tangan Portugis. VOC selalu menggunakan Batigslot Politiek (politik
mencari untung, 1602 – 1799) dengan memegang monopoli Belanda di
Indonesia. Selain itu, VOC menjalankan politik devide et impera, yakni
sistem pemecah belah di antara rakyat Indonesia.
Perjalanan kongsi dagang VOC lama kelamaan mengalami kemunduran, bahkan
VOC runtuh pada tanggal 31 Desember 1799. Kemunduran VOC disebabkan hal-hal berikut.
a. Perang-perang yang dilakukan membutuhkan biaya yang besar padahal hasil dari bumi
Indonesia telah terkuras habis dan kekayaan Indonesia sudah telanjur terkirim ke
Negeri Belanda. VOC tidak kuat lagi membiayai perang-perang tersebut.
b.Kekayaan menyebabkan para pegawai VOC melupakan tugas, kewajiban, dan tanggung
jawab mereka terhadap pemerintah dan masyarakat.
c.Terjadinya jual beli jabatan.
d.Tumbuhnya tuan-tuan tanah partikelir.
e.Kekurangan biaya tersebut tidak dapat ditutup dengan hasil penjualan tanah saja, VOC
harus juga mencari pinjaman. Akibatnya, utang VOC semakin besar.
f.Pada akhir abad ke-18, VOC tidak mampu lagi memerangi pedagang-pedagang Eropa
lainnya (Inggris, Prancis, Jerman) yang dengan leluasa berdagang di Nusantara
sehingga monopoli VOC hancur.
Keberadaan VOC sudah tidak dapat dipertahankan lagi sehingga harta milik dan
utang-utangnya diambil alih oleh
pemerintah negeri Belanda. Pemerintah kemudian membentuk Komisi
Nederburg untuk mengurusinya, termasuk mengurusi wilayah VOC di
Indonesia (1800 – 1907).
2. MASA KEKUASAAN BELANDA (PRANCIS)
Tahun 1807 – 1811, Indonesia dikuasai
oleh Republik Bataaf bentukan Napoleon Bonaparte, penguasa di Prancis
(Belanda menjadi jajahan Prancis). Napoleon Bonaparte mengangkat Louis
Napoleon menjadi wali negeri Belanda dan negeri Belanda diganti namanya
menjadi Konikrijk Holland. Untuk mengurusi Indonesia, Napoleon
mengangkat Herman Willem Daendels menjadi gubernur jenderal di Indonesia
(1808 – 1811). Tugas utama Daendels adalah mempertahankan Jawa dari
serangan Inggris sehingga pusat perhatian Daendels ditujukan kepada
pertahanan dan keamanan.
Untuk memperoleh dana, Daendels menjual
tanah-tanah kepada orang-orang swasta. Akibatnya, tanah-tanah partikelir
mulai bermunculan di sekitar Batavia, Bogor, Indramayu, Pamanukan,
Besuki, dan sebagainya. Bahkan, rumahnya sendiri di Bogor dijual kepada
pemerintah, tetapi rumah itu tetap ditempatinya sebagai rumah
tinggalnya. Tindakan dan kekejaman Daendels tersebut menyebabkan
raja-raja Banten dan Mataram memusuhinya.
Untuk menutup utang-utang Belanda dan
biaya-biaya pembaharuan tersebut, Daendels kembali menjual tanah negara
beserta isinya kepada swasta, sehingga timbullah system tuan tanah di
Jawa yang bertindak sebagai raja daerah, misalnya di sekitar Batavia dan
Probolinggo. Kekejaman Daendels tersebut terdengar sampai ke Prancis.
Akhirnya, dia dipanggil pulang karena dianggap memerintah secara
autokrasi dan Indonesia diperintah oleh Jansens.
3. MASA KEKUASAAN INGGRIS
Keberhasilan Inggris mengalahkan Prancis
di Eropa menyebabkan kekuasaan Belanda atas Indonesia bergeser ke tangan
Inggris. Untuk itulah ditandatangani Kapitulasi Tuntang (1811) yang
isinya Belanda menyerahkan Indonesia ke tangan Inggris dari tangan
Jansens kepada Thomas Stamford Raffles, seorang Letnan Gubernur Jenderal
Inggris untuk Indonesia. Oleh karena itu, beralihlah Indonesia dari
tangan Belanda ke tangan Inggris.
Adapun langkah-langkah yang diambil Raffles adalah
a. membagi Pulau Jawa menjadi 16 karesidenan,
b. para bupati dijadikan pegawai negeri,
c. melaksanakan perdagangan bebas,
d. melaksanakan land rente (pajak sewa tanah) dan Raffles menjual tanah kepada swasta,
e. menghapuskan perbudakan, dan
f. kekuasaan para raja dikurangi. Di
Yogyakarta, Pangeran Notokusumo diangkat sebagai Paku Alam (1813).
Akibatnya, Mataram Yogyakarta pecah menjadi dua, yakni Kasultanan
Yogyakarta di bawah HB III dan Paku Alaman di bawah Paku Alam I.
Pada tanggal 13 Agustus 1814, di Eropa ditandatangani Perjanjian London oleh
Inggris dan Belanda yang isinya Belanda memperoleh kembali sebagian besar daerah
koloninya, termasuk Indonesia. Oleh karena itu pada tahun 1816, Raffles meninggalkan
Indonesia dan Belanda kembali berkuasa di Indonesia.
4. MASA KEKUASAAN PEMERINTAH BELANDA
Pada tahun 1830, pemerintah Belanda
mengangkat gubernur jenderal yang baru untuk Indonesia, yaitu Van den
Bosch, yang diserahi tugas untuk meningkatkan produksi tanaman ekspor,
seperti tebu, teh, tembakau, merica, kopi, kapas, dan kayu manis. Dalam
hal ini, Van den Bosch mengusulkan adanya
sistem tanam paksa. Adapun hal-hal yang mendorong Van den Bosch
melaksanakan tanam paksa, antara lain, Belanda membutuhkan banyak dana
untuk membiayai peperangan, baik di negeri Belanda sendiri maupun di
Indonesia. Akibatnya, kas negara Belanda kosong. Sementara itu, di Eropa
terjadi perang Belanda melawan Belgia (1830 – 1839) yang juga menelan
banyak biaya.
Tujuan diadakannya tanam paksa adalah
untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, guna menutupi
kekosongan kas negara dan untuk membayar utang utang negara.
Pelaksanaan tanam paksa diselewengkan
oleh Belanda dan para petugasnya yang berakibat membawa kesengsaraan
rakyat Bentuk penyelewengan tersebut misalnya, kerja tanpa dibayar untuk
kepentingan Belanda (kerja rodi) kekejaman para mandor terhadap para
penduduk, dan eksploitasi kekayaan Indonesia yang dilakukan Belanda.
Melihat penderitaan rakyat Indonesia,
kaum humanis Belanda menuntut agar tanam paksa dihapuskan. Tanam paksa
mengharuskan rakyat bekerja berat selama musim tanam. Penderitaan rakyat
bertambah berat dengan adanya kerja rodi membangun jalan raya,
jembatan, dan waduk. Selain itu, rakyat masih dibebani pajak yang
berat,sehingga sebagian besar penghasilan rakyat habis untuk membayar
pajak. Sementara itu di pihak Belanda, tanam paksa membawa keuntungan
yang besar.
Praktik tanam paksa mampu menutup kas negara Belanda yang kosong sekaligus
membayar utang-utang akibat banyak
perang. Akhirnya, tanam paksa dihapuskan, diawali dengan dikeluarkannya
undang-undang (Regrering Reglement) pada tahun 1854
tentang penghapusan perbudakan. Tanam
paksa benar-benar dihapuskan pada tahun 1917. Sebagai bukti, kewajiban
tanam kopi di Priangan, Manado, Tapanuli, dan Sumatra Barat dihapuskan.
Setelah tanam paksa dihapuskan,
pemerintah Belanda melaksanakan politik kolonial liberal di Indonesia
dengan memberikan kebebasan pada pengusaha swasta untuk menanamkan modal
di Indonesia. Namun, pelaksanaannya tetap menyengsarakan rakyat karena
kebijakan-kebijakan yang dilaksanakan semata-mata untuk kepentingan
kolonial Belanda. Belanda tetap melaksanakan cara-cara menguasai bangsa
Indonesia dengan perjanjian, perang, dan pemecah belah.
Pelaksanaan politik kolonial liberal
ternyata banyak mendatangkan penderitaan bagi rakyat terutama buruh
sebab upah yang mereka terima tidak seperti yang tertera dalam kontrak.
Akibatnya, banyak buruh yang melarikan diri, terutama dari Deli, Sumatra
Utara. Dari kenyataan di atas jelas Belanda tetap masih melaksanakan
usaha menindas bangsa Indonesia.
D. PERLAWANAN RAKYAT DI BERBAGAI DAERAH DALAM MENENTANG
KOLONIALISME
1.Perlawanan Rakyat Maluku di Bawah Ahmad Matullesi (1817)
Sejak abad ke-17 perlawanan rakyat Maluku
terhadap Kompeni sudah terjadi, namun perlawanan yang dahsyat baru
muncul pada permulaan abad ke-19, di bawah pimpinan Ahmad Matulessi
(lebih dikenal dengan nama Pattimura).
Latar belakang timbulnya perlawanan
Pattimura, di samping adanya tekanan-tekanan yang berat di bidang
ekonomi sejak kekuasaan VOC juga dikarenakan hal sebagai berikut.
a. , yakni adanya tindakan-tindakan
pemerintah Belanda yang memperberat kehidupan rakyat, seperti system
penyerahan secara paksa, kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan
gaba-gaba, penyerahan ikan asin, dendeng dan kopi. Selain itu,
beredarnya uang kertas yang menyebabkan rakyat Maluku tidak dapat
menggunakannya untuk keperluan sehari-hari karena belum terbiasa.
b. , yaitu adanya pemecatan guru-guru
sekolah akibat pengurangan sekolah dan gereja, serta pengiriman
orang-orang Maluku untuk dinas militer ke Batavia. Hal-hal tersebut di
atas merupakan tindakan penindasan pemerintah Belanda terhadap rakyat
Maluku. Oleh karena itu, rakyat Maluku bangkit dan berjuang melawan
imperialisme Belanda. Aksi perlawanan meletus pada tanggal 15 Mei 1817
dengan menyerang Benteng Duurstede di Saparua. Setelah terjadi
pertempuran sengit, akhirnya Benteng Duurstede jatuh ke tangan rakyat
Maluku di bawah pimpinan Pattimura. Banyak korban di pihak Belanda
termasuk Residen Belanda, Van den Berg ikut terbunuh dalam pertempuran.
Kemenangan atas pemerintah kolonial
Belanda memperbesar semangat perlawanan rakyat sehingga perlawanan
meluas ke Ambon, Seram dan pulau-pulau lain. Di Hitu perlawanan rakyat
muncul pada permulaan bulan Juni 1817 di bawah pimpinan Ulupaha. Rakyat
Haruku di bawah pimpinan Kapten Lucas Selano, Aron dan Patti Saba.
Situasi pertempuran berbalik setelah datangnya bala bantuan dari Batavia
di bawah pimpinan Buyskes. Pasukan Belanda terus mengadakan
penggempuran dan berhasil menguasai kembali daerah-daerah Maluku.
Perlawanan semakin mereda setelah banyak para pemimpin tertawan, seperti
Thomas Matulessi (Pattimura), Anthonie Rhebok, Thomas Pattiweal, Lucas
Latumahina, dan Johanes Matulessi. Dalam perlawanan ini juga muncul
tokoh wanita yakni Christina Martha Tiahahu. Sebagai pahlawan rakyat
yang tertindas oleh penjajah. Tepat pada tanggal 16 Desember 1817,
Thomas Matulessi dan kawan-kawan seperjuangannya menjalani hukuman mati
di tiang gantungan.
2.Perlawanan Kaum Paderi (1821–1838 )
Perang Paderi melawan Belanda berlangsung
1821–1838, tetapi gerakan Paderi sendiri sudah ada sejak awal abad
ke-19. Di lihat dari sasarannya, gerakan Paderi dapat dibagi menjadi dua
periode.
a. Periode 1803–1821 adalah masa perang Paderi melawan Adat dengan corak keagamaan.
b. Periode 1821–1838 adalah masa perang Paderi melawan Belanda dengan corak keaga-
maan dan patriotisme.
Sejak tahun 1821 saat kembalinya tiga
orang haji dari Mekkah, yaitu Haji Miskin, Haji Sumanik dan Haji
Piabang, gerakan Paderi melawan kaum Adat dimulai. Kaum Paderi
berkeinginan memperbaiki masyarakat Minangkabau dengan mengembalikan
kehidupannya yang sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Padahal
kaum Adat justru ingin melestarikan adat istiadat warisan leluhur
mereka.
Adat yang selama itu dianut dan yang
menjadi sasaran gerakan Paderi adalah kebiasaan-kebiasaan buruk, seperti
menyabung ayam, berjudi, madat, dan minum-minuman keras. Terjadilan
perbenturan antara kaum Adat dengan kaum Paderi. Kaum Adat yang merasa
terdesak, kemudian minta bantuan kepada pihak ketiga, yang semula
Inggris kemudian digantikan oleh Belanda (berdasarkan Konvensi London).
Perang Paderi melawan Belanda meletus
ketika Belanda mengerahkan pasukannya menduduki Semawang pada tanggal 18
Februari 1821. Masa Perang Paderi melawan Belanda dapat dibagi menjadi
tiga periode.
a. Periode 1821–1825, ditandai dengan
meletusnya perlawanan di seluruh daerah Minangkabau. Di bawah pimpinan
Tuanku Pasaman, kaum Paderi menggempur pos-pos Belanda yang ada di
Semawang, Sulit Air, Sipinan, dan tempat-tempat lain. Pertempuran
menimbulkan banyak korban di kedua belah pihak. Tuanku Pasaman kemudian
mengundurkan diri ke daerah Lintau. Sebaliknya, Belanda yang telah
berhasil menguasai Lembah Tanah Datar, kemudian mendirikan benteng
pertahanan di Batusangkar (Fort Van den Capellen).
b. Periode 1825–1830, ditandai dengan
meredanya pertempuran. Kaum Paderi perlu menyusun kekuatan, sedangkan
pihak Belanda baru memusatkan perhatiannya menghadapi perlawanan
Diponegoro di Jawa.
c. Periode 1830–1838, ditandai dengan
perlawanan di kedua belah yang makin menghebat. Pemimpin di pihak
Belanda, antara lain Letkol A.F. Raaff, Kolonel de Stuer, Mac. Gillavry
dan Elout, sedangkan di pihak Paderi ialah Tuanku Imam Bonjol, Tuanku
Nan Renceh, Tuanku nan Gapuk, Tuanku Hitam, Tuanku Nan Cerdik dan Tuanku
Tambusi.
Pada tahun 1833, Belanda mengeluarkan Pelakat Panjang yang isinya, antara lain sebagai berikut.
a.Penduduk dibebaskan dari pembayaran pajak yang berat dan kerja rodi.
b.Belanda akan bertindak sebagai penengah jika terjadi perselisihan antar penduduk.
c.Penduduk boleh mengatur pemerintahan sendiri.
d.Hubungan dagang hanya diperbolehkan dengan Belanda.
Belanda menjalankan siasat pengepungan
mulai masuk tahun 1837 terhadap Benteng Bonjol. Akhirnya, Benteng Bonjol
berhasil dilumpuhkan oleh Belanda. Selanjutnya, Belanda mengajak
berunding kaum Paderi yang berujung pada penangkapan Tuanku Imam Bonjol
(25 Oktober 1837). Setelah ditahan, Tuanku Imam Bonjol dibuang ke
Cianjur, dipindahkan ke Ambon (1839), dan tahun 1841 dipindahkan ke
Manado hingga wafat tanggal 6 November 1864.Perlawanan kaum Paderi
kemudian dilanjutkan oleh Tuanku Tambusi. Setelah Imam Bonjol
tertangkap, akhirnya seluruh Sumatra Barat jatuh ke tangan Belanda. Itu
berarti seluruh perlawanan dari kaum Paderi berhasil dipatahkan oleh
Belanda.
3.Perlawanan Pangeran Diponegoro (1825–1830)
Pengaruh Belanda di Surakarta dan
Yogyakarta semakin bertambah kuat pada permulaan abad ke-19. Khususnya
di Yogyakarta, campur tangan Belanda telah menimbulkan kekecewaan di
kalangan kerabat keraton yang kemudian menimbulkan perlawanan di bawah
pimpinan Pangeran Diponegoro. Sebab-sebab perlawanan Diponegoro, antara
lain sebagai berikut.
a.Adanya kekecewaan dan kebencian kerabat
istana terhadap tindakan Belanda yang makin intensif mencampuri urusan
keraton melalui Patih Danurejo (kaki tangan Belanda).
b.Adanya kebencian rakyat pada umumnya dan para petani khususnya akibat tekanan pajak yang sangat memberatkan.
c.Adanya kekecewaan di kalangan para bangsawan, karena hak-haknya banyak yang dikurangi.
d.Sebagai sebab khususnya ialah adanya pembuatan jalan oleh Belanda melewati makam leluhur Pangeran Diponegoro di Tegalrejo.
Pertempuran perrtama meletus pada
tanggal 20 Juli 1825 di Tegalrejo. Setelah pertempuran di Tegalrejo,
Pangeran Diponegoro dan pasukannya menyingkir ke Dekso. Di daerah
Plered, pasukan Diponegoro dipimpin oleh Kertapengalasan yang memiliki
kemampuan yang cukup kuat. Kabar mengenai pecahnya perang melawan
Belanda segera meluas ke berbagai daerah. Dengan dikumandangkannya
perang sabil, di Surakarta oleh Kiai Mojo, di Kedu oleh Kiai Hasan
Besari, dan di daerah-daerah lain maka pada pertempuran-pertempuran
tahun 1825–1826 pasukan Belanda banyak terpukul dan terdesak.
Melihat kenyatan ini, kemudian Belanda menggunakan usaha dan tipu daya untuk mematahkan perlawanan, antara lain sebagai berikut.
a.Siasat benteng stelsel, yang dilakukan oleh Jenderal de Kock mulai tahun 1827.
b.Siasat bujukan agar perlawanan menjadi reda.
c.Siasat pemberian hadiah sebesar 20.000,- ringgit kepada siapa saja yang dapat menang-
kap Pangeran Diponegoro.
d.Siasat tipu muslihat, yaitu ajakan berunding dengan Pangeran Diponegoro dan akhirnya ditangkap.
Dengan berbagai tipu daya, akhirnya satu
per satu pemimpin perlawanan tertangkap dan menyerah, antara lain
Pangeran Suryamataram dan Ario Prangwadono (tertangkap 19 Januari 1827),
Pangeran Serang, dan Notoprodjo (menyerah 21 Juni 1827, Pangeran
Mangkubumi (menyerah 27 September 1829), dan Alibasah Sentot
Prawirodirdjo (menyerah tanggal 24 Oktober 1829). Kesemuanya itu
merupakan pukulan yang berat bagi Pangeran Diponegoro.
Melihat situasi yang demikian, pihak
Belanda ingin menyelesaikan perang secara cepat. Jenderal de Kock
melakukan tipu muslihat dengan mengajak berunding Pangeran Diponegoro.
De Kock berjanji apabila perundingan gagal maka Diponegoro diperbolehkan
kembali ke pertahanan. Atas dasar janji tersebut, Diponegoro mau
berunding di rumah Residen Kedu, Magelang pada tanggal 28 Maret 1830.
Namun, De Kock ingkar janji sehingga Pangeran Diponegoro ditangkap
ketika perundingan mengalami kegagalan. Pangeran Diponegoro kemudian di
bawa ke Batavia, dipindahkan ke Menado, dan pada tahun 1834 dipindahkan
ke Makassar hingga wafatnya pada tanggal 8 Januari 1855.
4Perlawanan di Kalimantan Selatan (1859–1905)
Di Kalimantan Selatan, Belanda telah lama
melakukan campur tangan dalam urusan Istana Banjar. Puncak kebencian
terhadap Belanda dan akhirnya meletus menjadi perlawanan, ketika terjadi
kericuan pergantian takhta Kerajaan Banjar setelah wafatnya Sultan Adam
tahun 1857. Dalam hal ini Belanda mengangkat Pangeran Tamjidillah
sebagai Sultan Banjar.
Rakyat tidak mau menerima sebab Pangeran
Hidayat yang lebih berhak dan lebih disenangi rakyat. Pertempuran rakyat
Banjar melawan Belanda berkobar pada tahun 1859 di bawah pimpinan
Pangeran Antasari. Dalam pertempuran ini Pangeran Hidayat berada di
pihak rakyat. Tokoh-tokoh lain dalam pertempuran ini, antara lain Kiai
Demang Leman, Haji Nasrun, Haji Buyasin, Tumenggung Suropati, dan Kiai
Langlang. Pasukan Antasari menyerbu pos-pos Belanda yang ada di
Martapura dan Pangron pada akhir April 1859. Di bawah pimpinan Kiai
Demang Leman dan Haji Buyasin pada bulan Agustus 1859 pasukan Banjar
berhasil merebut benteng Belanda di Tabanio. Ketika pertempuran sedang
berlangsung, Belanda memecat Pangeran Hidayat sebagai mangkubumi karena
menolak untuk menghentikan perlawanan.
Pada tanggal 11 Juni 1860 jabatan sultan
kosong (karena Sultan Tamjidillah diturunkan dari takhtanya oleh pihak
Belanda, Andresen) dan jabatan mang-kubumi dihapuskan. Dengan demikian,
Kerajaan Banjar dihapuskan dan dimasukkan dalam wilayah kekuasaan
Belanda. Pertempuran terus meluas ke berbagai daerah, seperti Tanah
Laut, Barito, Hulu Sungai Kapuas, dan Kahayan. Dalam menghadapi
serangan-serangan ini, Belanda mengalami kesulitan, namun setelah
mendapatkan bantuan dari luar akhirnya Belanda berhasil mematahkan
perlawanan rakyat. Pada tanggal 3 Februari 1862, Pangeran Hidayat
tertangkap dan dibuang ke Jawa. Pangeran Antasari yang pada tanggal 14
Maret 1862 diangkat oleh rakyat sebagai pemimpin tertinggi agama Islam
dengan gelar Panembahan Amiruddin Khalifahtul Mukminin gugur dalam
pertempuran di Hulu Teweh pada tanggal 11 Oktober 1862. Sepeninggal
Pangeran Antasari, perjuangan rakyat Banjar dilanjutkan oleh teman-teman
seperjuangan. Perlawanan rakyat benar-benar dapat dikatakan padam
setelah gugurnya Gusti Matseman tahun 1905.
5Perlawanan di Bali (1846–1905)
Di Bali timbulnya perlawanan rakyat
melawan Belanda, setelah Belanda berulang kali memaksakan kehendaknya
untuk menghapuskan hak tawan karang. Hak tawan karang yakni hak bagi
kerajaan-kerajaan Bali untuk merampas perahu yang terdampar di pantai
wilayah kekuasaan kerajaan yang bersangkutan. Telah berulang kali kapal
Belanda hendak dirampas, namun Belanda memprotes dan mengadakan
perjanjian sehingga terbebas. Raja-raja Bali yang pernah diajak
berunding ialah Raja Klungklung dan Raja Badung (1841); Raja Buleleng
dan Raja Karangasem (1843). Akan tetapi, kesemuanya tidak diindahkan
sehingga Belanda memutuskan untuk menggunakan kekerasan dalam usaha
menundukkan Bali.
Dalam menghadapi perlawanan rakyat Bali,
pihak Belanda terpaksa mengerahkan ekspedisi militer secara
besar-besaran sebanyak tiga kali. Ekspedisi pertama (1846) dengan
kekuatan 1.700 orang pasukan dan gagal dalam usaha menundukkan rakyat
Bali. Ekspedisi kedua (1848) dengan kekuatan yang lebih besar dari yang
pertama dan disambut dengan perlawanan oleh I Gusti Ktut Jelentik, yang
telah mempersiapkan pasukannya di Benteng Jagaraga sehingga dikenal
dengan Perang Jagaraga I. Ekspedisi Belanda ini pun juga berhasil
digagalkan.
Kekalahan ekspedisi Belanda baik yang
pertama maupun yang kedua, menyebabkan pemerintah Hindia Belanda
mengirimkan ekspedisi ketiga (1849) dengan kekuatan yang lebih besar
lagi yakni 4.177 orang pasukan, kemudian menimbulkan Perang Jagaraga II.
Perang berlangsung selama dua hari dua malam (tanggal 15 dan 16 April
1849) dan menunjukkan semangat perjuangan rakyat Bali yang heroik dalam
mengusir penjajahan Belanda. Dalam pertempuran ini, pihak Belanda
mengerahkan pasukan darat dan laut yang terbagi dalam tiga kolone.
Kolone 1 di bawah pimpinan Van Swieten; kolone 2 dipercayakan kepada La
Bron de Vexela, dan kolone 3 dipimpin oleh Poland. Setelah terjadi
pertempuran sengit, akhirnya Benteng Jagaraga jatuh ke tangan Belanda.
Prajurit Bali dan para pemimpin mereka termasuk I Gusti Jelantik,
berhasil meloloskan diri.
Perlawanan rakyat Bali tidaklah padam.
Pada tahun 1858, I Nyoman Gempol mengangkat senjata melawan Belanda,
namun berhasil dipukul mundur. Selanjutnya, tahun 1868 terjadi lagi
perlawanan di bawah pimpinan Ida Made Rai, ini pun juga mengalami
kegagalan. Perlawanan masih terus berlanjut dan baru pada awal abad
ke-20 (1905), seluruh Bali berada di bawah kekuasaan Belanda.
6.Perlawanan di Aceh (1873–1904)
a.Latar Belakang Perlawanan
Aceh memiliki kedudukan yang sangat
strategis sebagai pusat perdagangan. Aceh banyak menghasilkan lada dan
tambang serta hasil hutan. Oleh karena itu, Belanda berambisi untuk
mendudukinya. Sebaliknya, orang-orang Aceh tetap ingin mempertahankan
kedaulatannya. Sampai dengan tahun 1871, Aceh masih mempunyai kebebasan
sebagai kerajaan yang merdeka. Situasi ini mulai berubah dengan adanya
Traktrat Sumatra (yang ditandatangani Inggris dengan Belanda pada
tanggal 2 November 1871). Isi dari Traktrat Sumatra 1871 itu adalah
pemberian kebebasan bagi Belanda untuk memperluas daerah kekuasaan di
Sumatra, termasuk Aceh. Dengan demikian, Traktrat Sumatra 1871 jelas
merupakan ancaman bagi Aceh. Karena itu Aceh berusaha untuk memperkuat
diri, yakni mengadakan hubungan dengan Turki, Konsul Italia, bahkan
dengan Konsul Amerika Serikat di Singapura. Tindakan Aceh ini sangat
mengkhawatirkan pihak Belanda karena Belanda tidak ingin adanya campur
tangan dari luar. Belanda memberikan ultimatum, namun Aceh tidak
menghiraukannya. Selanjutnya, pada tanggal 26 Maret 1873, Belanda
memaklumkan perang kepada Aceh.
b.Jalannya Perlawanan
Sebelum terjadi peperangan, Aceh telah
melakukan persiapan-persiapan. Sekitar 3.000 orang dipersiapkan di
sepanjang pantai dan sekitar 4.000 orang pasukan disiapkan di lingkungan
istana. Pada tanggal 5 April 1873, pasukan Belanda di bawah pimpinan
Mayor Jenderal J.H.R. Kohler melakukan penyerangan terhadap Masjid Raya
Baiturrahman Aceh. Pada tanggal 14 April 1873, Masjid Raya Aceh dapat
diduduki oleh pihak Belanda dengan disertai pengorbanan besar, yakni
tewasnya Mayor Jenderal Kohler.
Setelah Masjid Raya Aceh berhasil
dikuasai oleh pihak Belanda, maka kekuatan pasukan Aceh dipusatkan untuk
mempertahankan istana Sultan Mahmuh Syah. Dengan dikuasainya Masjid
Raya Aceh oleh pihak Belanda, banyak mengundang para tokoh dan rakyat
untuk bergabung berjuang melawan Belanda. Tampilah tokoh-tokoh seperti
Panglima Polim, Teuku Imam Lueng Bata, Cut Banta, Teungku Cik Di Tiro,
Teuku Umar dan isterinya Cut Nyak Dien. Serdadu Belanda kemudian
bergerak untuk menyerang istana kesultanan, dan terjadilah pertempuran
di istana kesultanan. Dengan kekuatan yang besar dan semangat jihad,
para pejuang Aceh mampu bertahan, sehingga Belanda gagal untuk menduduki
istana.
Pada akhir tahun 1873, Belanda
mengirimkan ekspedisi militernya lagi secara besar-besaran di bawah
pimpinan Letnan Jenderal J. Van Swieten dengan kekutan 8.000 orang
tentara. Pertempuran seru berkobar lagi pada awal tahun 1874 yang
akhirnya Belanda berhasil menduduki istana kesultanan. Sultan beserta
para tokoh pejuang yang lain meninggalkan istana dan terus melakukan
perlawanan di luar kota. Pada tanggal 28 Januari 1874, Sultan Mahmud
Syah meninggal, kemudian digantikan oleh putranya yakni
Muhammad Daud Syah. Sementara itu, ketika
utusan Aceh yang dikirim ke Turki, yaitu Habib Abdurrachman tiba
kembali di Aceh tahun 1879 maka kegiatan penyerangan ke pos-pos Belanda
diperhebat. Habib Adurrachman bersama Teuku Cik Di Tiro dan Imam Lueng
Bata mengatur taktik penyerangan guna mengacaukan dan memperlemah
pos-pos Belanda.
Menyadari betapa sulitnya mematahkan
perlawanan rakyat Aceh, pihak Belanda berusaha mengetahui rahasia
kekuatan Aceh, terutama yang menyangkut kehidupan sosial-budayanya. Oleh
karena itu, pemerintah Belanda mengirim Dr. Snouck Hurgronye (seorang
ahli tentang Islam) untuk meneliti soal sosial budaya masyarakat Aceh.
Dengan menyamar sebagai seorang ulama dengan nama Abdul Gafar, ia
berhasil masuk Aceh.
Hasil penelitiannya dibukukan dengan
judul De Atjehers (Orang Aceh). Dari hasil penelitiannya dapat
diketahui bahwa sultan tidak mempunyai kekuatan tanpa persetujuan para
kepala di bawahnya dan ulama mempunyai pengaruh yang sangat besar di
kalangan rakyat. Dengan demikian langkah yang ditempuh oleh Belanda
ialah melakukan politik “de vide et impera ( memecah belah dan
menguasai). Cara yang ditempuh kaum ulama yang melawan harus dihadapi
dengan kekerasan senjata; kaum bangsawan dan keluarganya diberi
kesempatan untuk masuk korps pamong praja di lingkungan pemerintahan
kolonial.
Belanda mulai memikat hati para bangsawan
Aceh untuk memihak kepada Belanda. Pada bulan Agustus 1893, Teuku Umar
menyatakan tunduk kepada pemerintah Belanda dan kemudian diangkat
menjadi panglima militer Belanda. Teuku Umar memimpin 250 orang pasukan
dengan persenjataan lengkap, namun kemudian bersekutu dengan Panglima
Polim menghantam Belanda. Tentara Belanda di bawah pimpinan J.B. Van
Heutz berhasil memukul perlawanan Teuku Umar dan Panglima Polim. Teuku
Umar menyingkir ke Aceh Barat dan Panglima Polim menyingkir ke Aceh
Timur. Dalam pertempuran di Meulaboh pada tanggal 11 Februari 1899,
Teuku Umar gugur. Sementara itu, Panglima Polim dan Sultan Muhammad
Daud Syah, masih melakukan perlawanan di Aceh Timur. Belanda berusaha
melakukan penangkapan. Pada tanggal 6 September 1903 Panglima Polim
beserta 150 orang parjuritnya menyerah setelah Belanda melakukan
penangkapan terhadap keluarganya. Hal yang sama juga dilakukan terhadap
Sultan Muhammad Daud Syah. Pada tahun 1904, Sultan Aceh dipaksa untuk
menan-datangani Plakat Pendek yang isinya sebagai berikut.
1)Aceh mengakui kedaulatan Belanda atas daerahnya.
2)Aceh tidak diperbolehkan berhubungan dengan bangsa lain selain dengan belanda.
3)Aceh menaati perintah dan peraturan Belanda.
Dengan ini, berarti sejak 1904 Aceh telah berada di bawah kekuasaan pemerintah Belanda.
BAB II
KESADARAN KEBANGSAAN DI ASIA AFRIKA
A. PAHAM-PAHAM BARU
1. Liberalisme
Liberalisme merupakan paham yang
mengutamakan kebebasan dan kemerdekaan individu. Istilah liberalisme
berasal dari bahasa Latin, libertas, yang artinya kebebasan,sedangkan dalam bahasa Inggris, liberty, artinya
kebebasan. Kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan individu untuk
memiliki tempat tinggal, mengeluarkan pendapat, dan berkumpul.
Pada hakikatnya, paham liberalisme ini
timbul karena reaksi terhadap penindasan yang dilakukan oleh kaum
bangsawan dan kaum agama di zaman absolute monarchie. Orang ingin melepaskan dirinya dari kekangan manusia, ini dikemukakan oleh Rousseau dalam bukunya Du Contrat Sosial.
2. Sosialisme
Sosialisme adalah paham yang menghendaki
suatu masyarakat yang disusun secara kolektif agar menjadi suatu
masyarakat yang sejahtera/bahagia. Kata sosialisme berasal dari bahasa
Latin, socius,artinya kawan. Tujuan sosialisme adalah
mewujudkan masyarakat sosialis dengan jalan mengendalikan secara
kolektif sarana produksi dan memperluas tanggung jawab negara bagi
kesejahteraan rakyat.
Tokoh pemikir sosialisme adalah Robert Owen, seorang pengusaha Inggris yang menulis buku A New of Society an Essay on the Formation of Human Character. Ia adalah orang yang pertama menggunakan istilah sosialisme.
Tokoh lainnya adalah Saint Simon, Piere
Proudon, Charles Fourier, Karl Marx. Seorang yang dikenal sebagai Bapak
Sosialisme adalah Karl Marx dalam tulisannya DasKapital yang
mengatakan bahwa sejarah masyarakat merupakan perjuangan-perjuangan
kelas, semboyan mereka “bersatulah kaum proletar sedunia.” Titik berat
dari paham ini adalah pada masyarakat bukan individu, dan dalam hal ini
sosialisme merupakan lawan dari liberalisme.
3. Pan-Islamisme
Pan-Islamisme adalah paham yang bertujuan
untuk menyatukan umat Islam sedunia. Paham ini berasal dari gagasan
Jamaluddin al Afgani (1839 – 1897). Ide tersebut sebenarnya secara
samar-samar pernah dicanangkan oleh At Tahtawi (1801 – 1873), seorang
tokoh pembaharu Islam Mesir. Ia sudah menyebutkan dua ide yaitu Islam
dan patriotisme.
Ia menegaskan bahwa antara ide Islam dan
patriotisme tidak bertentangan. Dua ide tersebut kemudian menjelma
menjadi dua bentuk persaudaraan, yaitu persaudaraan (ukhuwah) Islamiah dan persaudaraan (ukhuwah) wathaniah.
4. Demokrasi
Demokrasi berasal dari bahasa Yunani, demos,artinya rakyat, dan kratos, artinya
pemerintahan. Jadi, demokrasi dalam arti sempit adalah pemerintahan di
tangan rakyat. Dalam arti luas, demokrasi adalah suatu sistem
pemerintahan yang mengakui hak segenap anggota masyarakat untuk ikut
memengaruhi keputusan politik baik langsung atau tidak langsung.
Kondisi yang memengaruhi terciptanya
demokrasi adalah adanya kesepakatan bersama dalam masalah yang
fundamental dan upaya yang memungkinkan kebebasan politik tumbuh di
tengah negara. Demokrasi mula-mula diterapkan di Yunani Kuno, yakni
demokrasi langsung, kemudian berkembang ke negara Eropa lainnya, dan
akhirnya ke Indonesia.
5. Nasionalisme
Nasionalisme adalah suatu paham rasa
cinta terhadap bangsa dan tanah air yang ditimbulkan oleh persamaan
tradisi yang berkaitan dengan sejarah, agama, bahasa, kebudayaan,
pemerintahan, tempat tinggal dan keinginan untuk mempertahankan dan
mengembangkan tradisinya sebagai milik bersama dari anggota bangsa itu
sebagai kesatuan bangsa. Bangsa adalah sekelompok manusia yang mendiami
wilayah tertentu dan memiliki hasrat dan kemauan bersama untuk bersatu,
karena adanya persamaan nasib, cita-cita, kepentingan dan tujuan yang
sama. Tokoh nasionalisme atau pencetusnya adalah Joseph Ernest Renan,
Otto Bouer, Hans Kohn, dan Louis Sneyder. Hans Kohn berpendapat
nasionalisme adalah kesetiaan tertinggi individu yang diserahkan kepada
bangsa dan negaranya.
Munculnya nasionalisme dipengaruhi oleh hal-hal berikut.
a. Magna Charta (1215) di Inggris yang kemudian menjadi akar demokrasi.
b. Adanya Piagam Bill of Right (1689) di Inggris.
c. Revolusi Prancis yang menumbuhkan demokrasi dan nasionalisme yang tercermin dalam
semboyan revolusi liberte, egalite, fraternite yang berkembang ke seluruh Eropa.
d. Pengaruh pemikiran dari Renaissance.
Selanjutnya, Hertz dalam bukunya Nationality in History and Policy mengatakan
bahwa prinsip-prinsip nasionalisme adalah hasrat untuk mencapai
kesatuan, hasrat untuk mencapai kemerdekaan, hasrat untuk mencapai
keaslian, dan hasrat untuk mencapai kehormatan.
B. PERGERAKAN KEB ANGSAAN DI ASIA DAN AFRIKA
Di kawasan Asia, kesadaran nasional baru
bangkit sekitar permulaan abad ke-20 untuk melepaskan cengkeraman dari
kekuasaan Barat.Misalnya, gerakan nasional India yang dipelopori oleh
Mahatma Gandhi,gerakan nasional Cina yang dipelopori oleh Sun Yat Sen,
gerakan nasional Turki yang dipelopori oleh Mustafa Kemal Pasha.
1. INDIA
Mahatma Gandhi mengajarkan beberapa hal.
1. Swadesi, yaitu gerakan rakyat India untuk membuat dan memakai bahan buatan dalam
negeri sendiri.
2. Ahimsa, artinya melawan tanpa kekerasan (dilarang membunuh) artinya tidak berbuat
apa-apa.
3. Satyagraha, artinya gerakan rakyat India untuk tidak bekerja sama dengan penjajah
(Inggris) sehingga disebut gerakan nonkooperatif.
4. Hartal, artinya berkabung karena ada kejadian yang menyedihkan. Berkabung sebagai
tanda protes (mogok).
5. Purnaswaray, yaitu merdeka penuh.
Hasil perjuangan rakyat India ialah pada
tanggal 15 Agustus 1947 rakyat mendapatkan status dominion dan berhak
mengatur urusan dalam negerinya sendiri. Pada tanggal 26 Januari 1950,
negara India mendapat kemerdekaan penuh dengan Nehru sebagai perdana
menterinya.
2. CHINA
Sun Yat Sen, pelopor gerakan nasional Cina, mengajarkan Sun Min Chu I (tiga asas kerakyatan), yaitu Min Chu (nasionalisme), Min Chuan (demokrasi), dan Min Shen (sosialisme). Gerakan nasional Cina berhasil mengusir Inggris serta melahirkan Republik Cina (1912).
3. TURKI
Gerakan nasional Turki dipelopori oleh
Mustafa Kemal Pasha. Sebelumnya, terjadi Gerakan Turki Muda yang
bertujuan untuk menyelamatkan Turki dari keruntuhan, mengembangkan rasa
nasionalisme, dan membulatkan semangat kebangsaan Turki.
Adapun Gerakan Turki Muda meliputi hal-hal berikut.
1. Modernisasi Turki, yaitu membangun Turki secara modern.
2. Nasionalisme berarti menebalkan rasa kebangsaan Turki sehingga rakyat berjuang
mempertahankan Turki dari rongrongan penjajahan.
3. Demokrasi berarti membentuk pemerintahan atas dasar kedaulatan rakyat dengan
UUD, sebab keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan memperkukuh negara.
Selanjutnya, Kemal Pasha mengambil tindakan, antara lain,
1. memproklamasikan Turki menjadi republik pertama dengan Mustafa Kemal Pasha
sebagai presidennya pada tanggal 29 Oktober 1923;
2. melaksanakan pemerintahan modern, yakni pengesahan UUD, kota Ankara sebagai ibu
kota, modernisasi agama, dipakainya huruf Latin;
3. modernisasi ekonomi dengan cara mengadakan rencana pembangunan lima tahun;
4. modernisasi pertahanan dan persenjataan modern.
C. PERGERAKAN KEBANGSAAN INDONESIA
Latar belakang lahirnya pergerakan
nasional Indonesia tidak terlepas dari peristiwa peristiwa di Asia,
misalnya, kemenangan Jepang atas Rusia (1901 – 1905), meningkatnya
pendidikan rakyat, terbitnya surat kabar sebagai media komunikasi, serta
adanya paham baru yang masuk ke Indonesia yang mempercepat tumbuh dan
berkembangnya nasionalisme Indonesia.
Menurut Sartono Kartodirjo, nasionalisme
Indonesia merupakan antitesa dari kolonialisme.Maksudnya, munculnya
nasionalisme karena adanya penjajahan oleh Belanda.
Ada beberapa yang melatarbelakangi Pergerakan Nasional Indonesia.
1. Pengaruh pendidikan
Adanya Trilogi Van Deventer, khususnya
dalam bidang edukasi, ternyata membawa pengaruh lahirnya sekolah bagi
rakyat Indonesia. Walaupun pada kenyataannya, sekolah
diperuntukkan anak-anak Barat namun rakyat pribumi juga mendapatkan bagian dari usaha pendidikan tersebut.
2. Diskriminasi
Perbedaan perlakuan yang dijalankan oleh
penjajah terhadap rakyat membuat status sosial rakyat semakin terpuruk.
Rakyat pribumi ditempatkan pada golongan terbawah, sedangkan bangsa
Belanda menempatkan dirinya pada golongan teratas.
3. Pengaruh paham baru
Paham baru yang berkembang di Eropa
seperti nasionalisme, demokrasi, dan liberalisme juga masuk ke negara
jajahannya di Asia-Afrika. Pengaruh dari paham baru inilah yang membuka
pola pikir rakyat untuk menggunakan kemampuannya melawan ketidakadilan
dan perampasan hak atas bangsa sehingga ada kebangkitan melawan
penindasan penjajah untuk mewujudkan hidup yang merdeka. Selain itu,
munculnya kaum cerdik pandai juga mendorong lahirnya organisasi modern
di Indonesia untuk melawan penjajah.
D. PERKEMBANGAN IDIOLOGI DAN ORGANISASI PERGERAKAN
NASIONAL INDONESIA
Pergerakan nasional ditandai oleh adanya
organisasi yang sudah didukung dan didirikan oleh segenap rakyat di
Nusantara. Ciri organisasi pergerakan nasional berbeda dengan pergerakan
daerah, hal ini dapat kita bedakan sebagai berikut.
1. Gerakan daerah bercirikan sebagai berikut.
a. Bentuk gerakannya belum diorganisasi, maka menggantungkan kepada pemimpin.
b. Sifatnya kedaerahan, maka bersifat insidental sementara.
c. Mengandalkan kekuatan senjata dan kekuatan gaib.
d. Belum ada tujuan yang jelas.
e. Gerakannya mudah bubar atau berakhir jika pemimpin mereka tertangkap.
2. Gerakan nasional bercirikan sebagai berikut.
a. Gerakannya sudah diorganisasi secara teratur.
b. Bersifat nasional baik wilayah atau cita-cita kebangsaan.
c. Perjuangan menggunakan taktik modern dan organisasi modern.
d. Sudah memiliki tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka.
e. Gerakannya tangguh dan berakar di hati rakyat.
1. Budi Utomo
Kebangkitan nasional ditandai lahirnya
Budi Utomo (BU) yang didirikan pada tanggal 20 Mei 1908 oleh Dr. Sutomo,
Suradji, dan Gunawan Mangunkusumo yang waktu itu menjadi mahasiswa
Stovia (kedokteran Jawa), sedangkan perintisnya adalah Dr. Wahindin
Sudirohusodo. Ia mendirikan Studie Fonds (dana pelajar) guna
membiayai pelajar yang tidak mampu. Itulah sebabnya, BU disebut
organisasi sosial dan perintis pergerakan nasional. Adapun bidang gerak
BU adalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan. Ini tercermin dari tujuan
yang akan dicapai oleh BU tersebut.
Tujuan BU adalah kemajuan bagi Hindia
atau kemajuan yang harmonis bagi nusa bangsa. Tujuan tersebut akan
dicapai melalui usaha, antara lain, memajukan pendidikan, teknik
industri, pertanian, peternakan dan perdagangan, serta menghidupkan
kembali kebudayaan sendiri.
2. Sarekat Islam
Pada tahun 1911 di Laweyan, Solo berdiri
organisasi Sarekat Dagang Islam (SDI) dengan ketua Haji Samanhudi.
Keinginan untuk menyaingi pedagangpedagang Cina mendorong banyak orang
ingin menjadi anggota SDI. Tujuan SDI
semula adalah memajukan perdagangan untuk menyaingi pedagang-pedagang
Cina. Namun pada akhirnya, selain memajukan perdagangan, SDI juga ingin
memajukan agama Islam. Oleh karena itu, atas anjuran H.O.S.
Cokroaminoto, nama SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam) pada tahun
1912.
SI mempunyai beberapa tujuan, yaitu
mengembangkan jiwa dagang, membantu para anggota yang mengalami
kesulitan dalam usaha meningkatkan derajat, memperbaiki pendapat yang
keliru mengenai agama Islam, hidup menurut perintah agama. Karena
bersifat kerakyatan, SI cepat mendapatkan anggota. Akibatnya, Gubernur
Belanda A.W.F. Idenburg ragu dan khawatir terhadap SI, sehingga
permohonan izin pengesahan SI ditolak. Oleh karena itu, SI menyiasati
hal tersebut dengan mendirikan Central Sarekat Islam (CSI) di Surabaya
yang diakui Belanda pada tanggal 18 Maret 1916.
Adapun tujuan didirikannya CSI adalah memajukan, membantu, memelihara, dan menjalin
kerja sama antar-SI lokal yang tergabung dalam CSI.
3. Indische Partij
Indische Partij (IP) didirikan pada
tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tiga serangkai, yaitu Douwes
Dekker (Danudirdja Setiabudhi), Tjipto Mangunkusumo, Soewardi
Soerjaningrat
(Ki Hadjar Dewantara). Tujuan
didirikannya partai polilik ini adalah mempersatukan Hindia Belanda
sebagai persiapan Hindia merdeka. Tujuan ini disebarluaskan melalui
surat kabar De Express.
Anggaran dasar dan program kerja IP
adalah membangun patriotisme IP terhadap tanah air, bekerja sama atas
dasar kesamaan ketatanegaraan demi memajukan tanah air, dan
mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Untuk mencapai tujuan
partai, cara-cara yang ditempuh IP adalah memberantas kesombongan sosial
dalam pergaulan, meresapkan cita-cita kesatuan nasional Hindia,
memperbesar pengaruh pro-Hindia dalam pemerintahan, memperjuangkan
persamaan hak setiap warga, memperbaiki keadaan ekonomi Hindia,
menghindiakan pengajaran untuk kepentingan ekonomi.
4. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan pada tanggal 18
November 1912 di Yogyakarta oleh K. H. Ahmad Dahlan, seorang ulama besar
yang terpengaruh gerakan wahabi. Tujuan didirikannya Muhammadiyah
adalah memajukan pengajaran Islam, mengembangkan pengetahuan Islam dan
cara hidup menurut peraturan Islam, membantu dan meningkatkan kehidupan
social masyarakat Islam.
Untuk mencapai tujuan partai,
Muhammadiyah menempuh usaha-usaha, antara lain, mendirikan, memelihara,
dan membantu pendirian sekolah berdasarkan agama Islam untuk memberantas
buta huruf; mendirikan dan memelihara masjid, langgar, rumah sakit, dan
rumah yatim piatu; membentuk badan perjalanan haji ke tanah suci.
Muhammadiyah mempunyai wadah khusus bagi wanita (Aisyiah) dan bagi pria
(Hisbul Wathon).
5. Gerakan pemuda
a. Trikoro Dharmo
Trikoro Dharmo didirikan di Jakarta pada
tanggal 7 Maret 1915 oleh R. Satiman Wiryosanjoyo, Sunardi, dan
Kadarman. Trikoro Dharmo artinya tiga tujuan mulia (= sakti, budi,
bhakti). Adapun tujuan Trikoro Dharmo adalah mencapai jaya raya dengan
jalan memperkukuh persatuan antarpemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan
Lombok.
Untuk mencapai tujuan, usaha-usaha yang
dilakukan Trikoro Dharmo adalah menambah pengetahuan umum bagi
anggotanya; memupuk tali persaudaraan antarmurid bumiputra sekolah
menengah, sekolah guru, dan sekolah kejuruan; membangkitkan dan
mempertajam perasaan untuk segala bahasa budaya Indonesia, khususnya
Jawa.
Pada tahun 1918, nama Trikoro Dharmo
diubah menjadi Jong Java. Kegiatannya berkisar pada bidang sosial,
budaya, pemberantasan buta huruf, kepanduan, seni, dan lainnya. Pada
kongresnya (1922) diputuskan bahwa Jong Java tidak bergerak dalam bidang
politik dan anggotanya dilarang masuk partai politik. Namun, masuknya
Agus Salim (tokoh SI) menyebabkan Jong Java mulai bergerak dalam bidang
politik. Oleh karena itu, ada yang pro dan kontra. Akhirnya, yang setuju
bergerak dalam politik mendirikan Jong Islamieten Bond (JIB) (1925)
dengan agama Islam sebagai dasar pergerakan dan menerbitkan majalah Al Noer.
b. Jong Sumatranen Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Jong Sumatranen Bond (JSB) berdiri pada
tahun 1917 di Jakarta dengan tokohnya Moh. Hatta dan Muh. Yamin. Tujuan
didirikannya JSB adalah memperkukuh hubungan antarpelajar asal Sumatra
dan mendidik mereka menjadi pemimpin bangsa serta mempelajari dan
mengembangkan budaya Sumatra.
c. Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI)
PPPI didirikan oleh para pelajar Jakarta
dan Bandung pada bulan September 1926 di Jakarta. Tokoh-tokoh PPPI
adalah Abdullah Sigit, Sugondo, Suwiryo, Reksodipuro, A.K. Abdul Gani,
Sumanang. Tujuan PPPI adalah memperjuangkan Indonesia merdeka. Untuk
merealisasikan tujuannya itu, maka sifat kedaerahan harus dihilangkan,
perselisihan pendapat antarnasionalis juga harus dihindarkan, dan para
anggota harus rajin belajar.
d. Pemuda Indonesia
Pemuda Indonesia semula bernama Jong
Indonesia yang didirikan di Bandung pada tahun 1927. Anggota Pemuda
Indonesia kebanyakan dari kalangan pelajar yang sekolah di luar negeri.
Tokohnya adalah Sugiono, Yusapati, Suwaji, Moh. Tamzil, Sartono, Asaat,
dan Budhiarto.
Pada tanggal 28 Desember 1927, PI
mengadakan kongres di Bandung yang menghasilkan, antara lain, nama
oragnisasi yang semula Jong Indonesia diganti menjadi Pemuda Indonesia;
bahasa Melayu ditetapkan sebagai bahasa pengantar organisasi pemuda;
Yusapati diangkat sebagai ketua, Moh. Tamzil sebagai sekretaris I,
Subagio Reksodipuro sebagai sekretaris II, dan Mr. Asaat sebagai
bendahara.
e. Indonesia Muda
Indonesia Muda berdiri pada tahun 1930.
Indonesia Muda merupakan organisasi nasional yang lahir sebagai
peleburan organisasi kedaerahan.
6. Partai Komunis Indonesia (PKI)
Pada tanggal 4 Mei 1914, didirikan ISDV
(Indische Sociaal Democratische Vereniging) oleh orang-orang Belanda,
seperti Dekker, Sneevliet, dan Brandsteder bersama Semaun. Tujuan
berdirinya ISDV adalah menyebarluaskan paham sosial demokratis dengan
membangun perasaan revolusioner bagi bangsa Indonesia.
Pada tanggal 23 Mei 1920, nama ISDV
diubah menjadi PKI dengan Semaun sebagai ketua, Bergsma sebagai
sekretaris, dan Dekker sebagai bendahara. Pada tanggal 24 Desember 1920,
PKI mengadakan Kongres Istimewa dan mengambil keputusan untuk bergabung
dengan organisasi Komintern. Selanjutnya, PKI berpura-pura setuju
menjadi anggota volksraad.
Sejak pemerintahan Belanda, PKI telah
mengadakan pemberontakan. Misalnya, pada tahun 1926 Alimin mengadakan
pemberontakan di Jawa Barat dan Banten. Kemudian pada tahun 1927,
terjadi pemberontakan PKI di Sumatra. Akibatnya, oleh Belanda sejak
tahun 1927 PKI dianggap sebagai organisasi terlarang.
7. Taman Siswa
Taman siswa merupakan lembaga pendidikan
nasional yang didirikan oleh Soewardi Soerjaningrat (Ki Hajar Dewantara)
di Yogyakarta pada tanggal 3 Juli 1922. Lembaga ini bertujuan
menyesuaikan sistem pendidikan dengan kebudayaan Indonesia. Tujuan
tersebut dapat tercapai dengan Pancadarma Taman Siswa yang meliputi
dasar kodrat alam, dasar kemerdekaan, dasar kebudayaan, dasar kebangsaan
atau kerakyatan, dan dasar kemanusiaan.
Dalam pendidikan, Taman Siswa hendak
mewujudkan system “among” untuk mengadakan pola belajar asah, asih, asuh
dan diterapkan pola kepemimpinan “ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani” yang artinya seorang pemimpin harus dapat menjadi contoh, memberi motivasi, dan mendorong untuk maju.
8. Partai Nasional Indonesia (PNI)
PNI berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 di
Bandung oleh Ir. Soekarno, dr. Tjipto Mangunkusumo, Ir. Anwari, Mr.
Sartono, Mr. Sunaryo, Mr. Budhiarto, dan Dr. Sanusi. Tujuan PNI adalah
Indonesia merdeka. Tujuan ini hendak dicapai dengan asas percaya pada
diri sendiri (self help). Artinya, memperbaiki keadaan politik,
ekonomi, dan sosial dengan kekuatan sendiri, misalnya mendirikan
sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional, dan koperasi.
Itulah sebabnya, PNI tidak mau bekerja sama dengan penjajah
(nonkooperatif). Pergerakan PNI didasarkan pada semboyan Marhaenisme,
artinya memperjuangkan rakyat miskin.
9. Gerakan wanita
Pelopor gerakan wanita adalah R.A.
Kartini, putri Bupati Jepara Ario Sosrodiningrat. Kartini lahir pada
tanggal 21 April 1879. Cita-cita beliau adalah memperbaiki derajat kaum
wanita melalui pendidikan dan pengajaran. Untuk merealisasikan tujuannya
itu, Kartini mengadakan kontak lewat surat dengan wanita Barat dan
juga Nusantara. Surat-surat Kartini inilah olehMr. Abendanon dijadikan
buku berjudul Habis Gelap TerbitlahTerang.
Dari Jawa Barat juga muncul tokoh wanita,
yaitu DewiSartika yang berusaha melepaskan tradisi dan adat pingitan
bagi wanita seperti kawinpaksa dan poligami. Perjuangan Kartini dan Dewi
Sartika kemudian mengilhami gerakan-gerakan wanita.
a. Putri Mardiko (1912) berdiri di
Jakarta, tujuannya memberikan bantuan bimbingan dan penerangan pada
gadis pribumi dalam menuntut pelajaran, tokohnya adalah R.A. Sabaruddin,
R.A. Sutinah, Joyo, R.R. Rukmini.
b. Kartini Fonds (dana Kartini) yang
didirikan Ny. T. Ch. Van Deventer (1912) dengantujuan mendirikan sekolah
bagi kaum wanita, misalnya Maju Kemuliaan di Bandung, Pawiyatan Wanito
di Magelang, Wanito Susilo di Pemalang, Wanito Hadi di Jepara, Budi
Wanito di Solo, dan Wanito Rukun Santoso di Malang.
c. Keutamaan Istri, berdiri di Tasikmalaya (1913) dengan tujuan mendirikan sekolah untuk anak-anak gadis.
d. Kerajinan Amal Setia, berdiri di
Gadang, Sumatra Barat tanggal 11 Februari 1914 dengan ketua Rohana
Kudus. Tujuan didirikannya organisasi ini adalah untuk meningkatkan
pendidikan wanita seperti cara mengatur rumah tangga, kerajinan tangan,
dan cara pemasarannya.
e. Sarikat Kaum Ibu Sumatra di Bukittinggi.
f. Perkumpulan Ina Tani di Ambon.
Untuk menyebarluaskan pengetahuan tentang kewanitaan dilakukan dengan menerbitkan surat kabar Putri Hindia di Bandung, Wanita Swara di Brebes, Soenting Melajoe di Bukittinggi, Putri Mardiko di Jakarta, Estri Oetom
10. Gerakan buruh
Gerakan buruh adalah organisasi pekerja
atau kaum buruh untuk memperjuangkan nasib mereka. Tujuan organisasi ini
adalah memelihara dan memperbaiki syarat perburuhan dengan mengatur
hubungan kerja, mengatur hubungan kerja antara pekerja dan pemerintah,
dan mengatur kaum pekerja sebagai golongan tersusun yang membangun
bangsa.
11. Perhimpunan Indonesia
Perhimpunan Indonesia (PI) merupakan
perkumpulan pelajar Indonesia di negeri Belanda yang berjuang untuk
kemerdekaan Indonesia. PI berdiri pada tahun 1908 dengan nama Indische
Vereniging dan tokohnya adalah Sosrokartono, Husein Jayadiningrat,
Notosuroto, dan Sumitro Kolopaking. Setelah kedatangan Soewardi
Soerjaningrat dan Tjipto ke negeri Belanda (1913), PI bergerak dalam
bidang politik. Pada tahun 1922, Indische Vereniging berubah nama
menjadi Perhimpunan Indonesia. Orang Belanda yang memerhatikan
penderitaan rakyat Indonesia, misalnya Mr. Abendanon, Van Deventer, Dr.
Snouck Hurgronje, berusaha memperjuangkan nasib bangsa Indonesia. Pada
peringatan ulang tahun ke-15, Indische Vereniging, mengeluarkan buku
berjudul Gedenboek karangan Sukiman W.S. yang menghebohkan Belanda.
12. Parindra (Partai Indonesia Raya)
Parindra merupakan gabungan dari BU dan
PBI yang dibentuk dalam kongres tanggal 24 – 26 Desember 1935 di Solo
dengan ketua Dr. Sutomo. Tujuannya adalah Indonesia Raya. Parindra
menganut asas perjuangan kooperasi tetapi kadang-kadang juga
nonkooperasi.
13. MIAI (Majelis Islam A’laa Indonesia)
MIAI dibentuk 25 September 1937 di
Surabaya dengan tokohnya K.H. Mas Mansyur, K.H. Dahlah, dan K.H. Abdul
Wahab. Tujuan MIAI adalah mempererat hubungan antarorganisasi Islam
Indonesia maupun luar negeri serta mempersatukan langkah dan suara untuk
membela kejayaan Islam.
14. Gapi (Gabungan Politik Kebangsaan Indonesia)
Gapi dibentuk atas prakarsa Parindra
tahun 1939 dan yang menjadi anggota adalah Parindra, Pasundan, Persatuan
Minahasa, PSJI, Gerindo, dan PNI. Pengurus hariannya adalah Abikoesno
Tjokrosoejoso, Amir Sjarifuddin, dan Husni Thamrin.
BAB III
PENDUDUKAN JEPANG DI INDONESIA
A. LATAR BELAKANG JEPANG MENGUASAI INDONESIA
Bulan Agustus 1940, dalam Perang Dunia
II, sebagian wilayah negara Belanda sudah dikuasai Jerman. Sebagai
jajahan Belanda, Indonesia dinyatakan berada dalam keadaan perang. Saat
itulah GAPI kembali mengeluarkan resolusi yang menuntut diadakannya
perubahan ketatanegaraan di Indonesia menggunakan hukum tata negara
dalam masa genting (Nood Staatsrecht). Isi resolusi tersebut
adalah mengubah Volksraad menjadi parlemen sejati yang anggotanya
dipilih dari rakyat dan mengubah fungsi kepala-kepala departemen menjadi
menteri-menteri yang bertanggung jawab kepada parlemen. Resolusi
tersebut dikirimkan kepada Gubernur Jenderal, Ratu Wilhelmina, dan
Kabinet Belanda yang pada saat itu berada di London.
Pada saat yang bersamaan, Jepang telah
menduduki wilayah beberapa negara di Asia Tenggara. Kedudukan Belanda di
Indonesia pun terancam. Dengan kampanye 3A, kedudukan Jepang di Asia
makin kuat. Sementara itu, tindakan pemerintah kolonial Belanda yang
keras kepala semakin meyakinkan kaum pergerakan nasional bahwa selama
Belanda berkuasa, bangsa Indonesia tidak akan pernah memperoleh
kemerdekaannya. Akibatnya, kampanye Jepang yang mengumandangkan
kemerdekaan bangsa-bangsa Asia mendapat simpati yang besar dari rakyat
Indonesia. Dalam rangka menguasai Indonesia, Jepang menyerang
markas-markas Belanda di Tarakan, Sumatra, dan Jawa. Pada tanggal 8
Maret 1942, Panglima Angkatan Perang Hindia Belanda Letnan Jenderal H.
Ter Poorten, atas nama Angkatan Perang Sekutu di Indonesia, menyerah
tanpa syarat kepada pimpinan tentara Jepang, Letnan Jenderal Hitoshi
Imamura. Penyerahan tanpa syarat tersebut ditandai dengan persetujuan
Kalijati yang diadakan di Subang, Jawa Barat. Isi persetujuan tersebut
adalah penyerahan hak atas tanah jajahan Belanda di Indonesia kepada
pemerintahan pendudukan Jepang. Artinya, bangsa Indonesia memasuki
periode penjajahan yang baru. Meski kedatangannya, seperti juga Belanda,
adalah untuk tujuan menjajah, Jepang diterima dan disambut lebih baik
oleh bangsa Indonesia. Berikut alasan yang melatarbelakangi perbedaan
sikap tersebut.
1. Jepang menyatakan bahwa kedatangannya
di Indonesia tidak untuk menjajah, bahkan bermaksud untuk membebaskan
rakyat Indonesia dari belenggu penjajahan Belanda.
2. Jepang melakukan propaganda melalui Gerakan 3A (Jepang cahaya Asia, Jepang pelindung Asia, dan Jepang pemimpin Asia).
3. Jepang mengaku sebagai saudara tua bangsa Indonesia yang datang dengan maksud hendak membebaskan rakyat Indonesia.
4. Adanya semboyan Hakoo Ichiu, yakni dunia dalam satu keluarga dan Jepang adalah pemimpin keluarga tersebut yang berusaha menciptakan kemakmuran bersama
B. Dampak Pendudukan Jepang di Indonesia
Pendudukan Jepang di Indonesia dibagi dalam tiga wilayah.
1. Pemerintahan Militer Angkatan Darat
ke-25 (Tentara Keduapuluhlima), wilayah kekuasaannya meliputi Sumatra
dengan pusat pemerintahan di Bukittinggi.
2. Pemerintahan Militer Angkatan Darat
ke-16 (Tentara Keenambelas), wilayah kekuasaannya meliputi Jawa dan
Madura dengan pusat pemerintahan di Jakarta.
3. Pemerintahan Militer Angkatan Laut II
(Armada Selatan Kedua), wilayah kekuasaannya meliputi Sulawesi,
Kalimantan, dan Maluku dengan pusat pemerintahan di Makassar.
Pemerintahan pendudukan militer di Jawa sifatnya hanya sementara, sesuai dengan Osamu Seirei Nomor
1 Pasal 1 yang dikeluarkan tanggal 7 Maret 1942 oleh Panglima Tentara
Keenambelas. Undang-undang tersebut menjadi pokok dari
peraturan-peraturan ketatanegaraan pada masa pendudukan Jepang. Jabatan
gubernur jenderal di zaman Hindia Belanda dihapuskan. Segala kekuasaan
yang dahulu dipegang gubernur jenderal sekarang dipegang oleh panglima
tentara Jepang di Jawa. Undang-undang tersebut juga mengisyaratkan bahwa
pemerintahan pendudukan Jepang berkeinginan untuk terus menggunakan
aparat pemerintah sipil yang lama beserta para pegawainya. Hal ini
dimaksudkan agar pemerintahan dapat terus berjalan dan kekacauan dapat
dicegah. Adapun pimpinan pusat tetap dipegang tentara Jepang.
Dalam bidang ekonomi, Jepang membuat
kebijakan-kebijakan yang pada intinya terpusat pada tujuan mengumpulkan
bahan mentah untuk industri perang. Ada dua tahap perencanaan untuk
mewujudkan tujuan tersebut, yaitu tahap penguasaan dan tahap menyusun
kembali struktur.
Pada tahap penguasaan, Jepang mengambil
alih pabrik-pabrik gula milik Belanda untuk dikelola oleh pihak swasta
Jepang, misalnya, Meiji Seilyo Kaisya dan Okinawa Seilo Kaisya. Adapun
dalam tahap restrukturisasi (menyusun kembali struktur), Jepang membuat
kebijakankebijakan berikut.
1. Sistem autarki, yakni rakyat dan
pemerintah daerah wajib memenuhi kebutuhan sendiri untuk menunjang
kepentingan perang Jepang.
2. Sistem tonarigumi, yakni dibentuk
organisasi rukun tetangga yang terdiri atas 10 – 20 KK untuk
mengumpulkan setoran kepada Jepang.
3. Jepang memonopoli hasil perkebunan berdasarkan UU No. 22 Tahun 1942 yang dikeluarkan oleh Gunseikan.
4. Adanya pengerahan tenaga untuk kebutuhan perang.
Pengaruh Jepang dalam bidang pendidikan dan kebudayaan di Indonesia sebagai berikut.
1. Bahasa Belanda dilarang digunakan.
Sebagai gantinya, bahasa Jepang dan bahasa Indonesia wajib digunakan di
sekolah-sekolah dan kantor-kantor. Selain itu, Jepang juga mengajarkan
penggunaan aksara Kanji, Hiragana, dan Katakana.
2. Untuk mengembangkan bidang budaya, diterbitkan koran berbahasa Jepang dan dibuka kursus bahasa Jepang.
3. Rakyat diwajibkan mengikuti tradisi menghormat matahari dengan seikeirei atau menghadap ke timur pada setiap pagi ketika matahari terbit.
4. Pada tanggal 1 April 1943 didirikan Pusat Kebudayaan Keiman Bunka Shidosko.
Untuk membangun mentalitas, ditanamkan seiskin atau semangat serta bhusido atau
jalan ksatria yang berani mati, rela berkorban, siap menghadapi bahaya,
dan menjunjung tinggi keperwiraan. Bentuk-bentuk organisasi kemiliteran
yang dibentuk Jepang sebagai berikut.
1. Seinendan, yaitu barisan pemuda yang berumur 14 – 22 tahun.
2. Iosyi Seinendan, yaitu barisan cadangan atau seinendan putri.
3. Bakutai, yaitu pasukan berani mati.
4. Keibodan, yaitu barisan bantu polisi
yang anggotanya berusia 23 – 35 tahun. Barisan ini di Sumatra disebut
Bogodan dan di Kalimantan disebut Borneo Konon Hokokudan.
5. Hisbullah, yaitu barisan semimiliter untuk orang Islam.
6. Heiho, yaitu pembantu prajurit Jepang yang anggotanya berusia 18– 25 tahun.
7. Jawa Sentotai, yaitu barisan benteng perjuangan Jawa.
8. Suisyintai, yaitu barisan pelopor.
9. Peta atau Pembela Tanah Air, yaitu
tentara daerah yang dibentuk oleh Kumakichi Harada berdasarkan Osamu
Serei No. 44 tanggal 23 Oktober 1943.
10. Gokutokai, yaitu korps pelajar yang dibentuk pada bulan Desember 1944.
11. Fujinkai, yaitu himpunan wanita yang dibentuk pada tanggal 23 Agustus 1943
C. Organisasi Pergerakan Zaman Jepang
Selama masa pendudukan Jepang, bangsa
Indonesia dilarang membentuk organisasi sendiri. Akan tetapi, Jepang
sendiri membentuk organisasi-organisasi bagi rakyat Indonesia dengan
maksud dipersiapkan untuk membantu Jepang. Organisasi-organisasi ini
pada akhirnya berbalik melawan Jepang.
1. Gerakan Tiga A
Gerakan Tiga A merupakan organisasi
propaganda untuk kepentingan perang Jepang. Organisasi ini berdiri pada
bulan April 1942. Pimpinannya adalah Mr. Sjamsuddin. Tujuan berdirinya
Gerakan Tiga A adalah agar rakyat dengan sukarela menyumbangkan tenaga
bagi perang Jepang. Semboyannya adalah Nippon cahaya Asia, Nippon
pemimpin Asia, Nippon pelindung Asia. Untuk menunjang gerakan ini,
dibentuk Barisan Pemuda Asia Raya yang dipimpin Sukarjo Wiryopranoto.
Adapun untuk menyebarluaskan propaganda, diterbitkan surat kabar Asia
Raya. Setelah kedok organisasi ini diketahui, rakyat kehilangan simpati
dan meninggalkan organisasi tersebut. Pada tanggal 20 November 1942,
organisasi ini dibubarkan.
2. Putera (Pusat Tenaga Rakyat)
Pada tanggal 9 Maret 1943, diumumkan
lahirnya gerakan baru yang disebut Pusat Tenaga Rakyat atau Putera.
Pemimpinnya adalah empat serangkai, yaitu Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki
Hadjar Dewantara, dan Mas Mansyur. Tujuan Putera menurut versi Ir.
Soekarno adalah untuk membangun dan menghidupkan segala sesuatu yang
telah dirobohkan oleh imperialisme Belanda. Adapun tujuan bagi Jepang
adalah untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka
membantu usaha perangnya. Oleh karena itu, telah digariskan sebelas
macam kegiatan yang harus dilakukan sebagaimana tercantum dalam
peraturan dasarnya. Di antaranya yang terpenting adalah memengaruhi
rakyat supaya kuat rasa tanggung jawabnya untuk menghapuskan pengaruh
Amerika, Inggris, dan Belanda, mengambil bagian dalam mempertahankan
Asia Raya, memperkuat rasa persaudaraan antara Indonesia dan Jepang,
serta mengintensifkan pelajaran-pelajaran bahasa Jepang. Di samping itu,
Putera juga mempunyai tugas di bidang sosial-ekonomi. Jadi, Putera
dibentuk untuk membujuk para kaum nasionalis sekuler dan golongan
intelektual agar mengerahkan tenaga dan pikirannya guna membantu Jepang
dalam rangka menyukseskan Perang Asia Timur Raya. Organisasi Putera
tersusun dari pemimpin pusat dan pemimpin daerah. Pemimpin pusat terdiri
dari pejabat bagian usaha budaya dan pejabat bagian propaganda. Akan
tetapi, organisasi Putera di daerah semakin hari semakin mundur. Hal ini
disebabkan, antara lain,
a. keadaan sosial masyarakat di daerah
ternyata masih terbelakang, termasuk dalam bidang pendidikan, sehingga
kurang maju dan dinamis;
b. keadaan ekonomi masyarakat yang kurang mampu berakibat mereka tidak dapat membiayai gerakan tersebut.
Dalam perkembangannya, Putera lebih
banyak dimanfaatkan untuk perjuangan dan kepentingan bangsa Indonesia.
Mengetahui hal ini, Jepang membubarkan Putera dan mementingkan
pembentukan organisasi baru, yaitu Jawa Hokokai.
3. Himpunan Kebaktian Rakyat Jawa (Jawa Hokokai)
Jepang mendirikan Jawa Hokokai pada
tanggal 1 Januari 1944. Organisasi ini diperintah langsung oleh kepala
pemerintahan militer Jepang (Gunseikan). Latar belakang
dibentuknya Jawa Hokokai adalah Jepang menyadari bahwa Putera lebih
bermanfaat bagi pihak Indonesia daripada bagi pihak Jepang. Oleh karena
itu, Jepang merancang pembentukan organisasi baru yang mencakup semua
golongan masyarakat, termasuk golongan Cina dan Arab. Berdirinya Jawa
Hokokai diumumkan oleh Panglima Tentara Keenambelas, Jenderal Kumakichi
Harada.
Sebelum mendirikan Jawa Hokokai,
pemerintah pendudukan Jepang lebih dahulu meminta pendapat empat
serangkai. Alasan yang diajukan adalah semakin hebatnya Perang Asia
Timur Raya sehingga Jepang perlu membentuk organisasi baru untuk lebih
menggiatkan dan mempersatukan segala kekuatan rakyat. Dasar organisasi
ini adalah pengorbanan dalam hokoseiskin (semangat kebaktian)
yang meliputi pengorbanan diri, mempertebal rasa persaudaraan, dan
melaksanakan sesuatu dengan bakti. Secara tegas, Jawa Hokokai dinyatakan
sebagai organisasi resmi pemerintah. Jika pucuk pimpinan Putera
diserahkan kepada golongan nasionalis Indonesia, kepemimpinan Jawa
Hokokai pada tingkat pusat dipegang langsung oleh Gunseikan.
Adapun pimpinan daerah diserahkan kepada pejabat setempat mulai dari
Shucokan sampai Kuco. Kegiatan-kegiatan Jawa Hokokai sebagaimana
digariskan dalam anggaran dasarnya sebagai berikut.
a. Melaksanakan segala sesuatu dengan nyata dan ikhlas untuk menyumbangkan segenap tenaga kepada pemerintah Jepang.
b. Memimpin rakyat untuk menyumbangkan segenap tenaga berdasarkan semangat persaudaraan antara segenap bangsa.
c. Memperkukuh pembelaan tanah air.
Anggota Jawa Hokokai adalah bangsa
Indonesia yang berusia minimal 14 tahun, bangsa Jepang yang menjadi
pegawai negeri, dan orang-orang dari berbagai kelompok profesi. Jawa
Hokokai merupakan pelaksana utama usaha pengerahan barang-barang dan
padi. Pada tahun 1945, semua kegiatan pemerintah dalam bidang pergerakan
dilaksanakan oleh Jawa Hokokai sehingga organisasi ini harus
melaksanakan tugas dengan nyata dan menjadi alat bagi kepentingan
Jepang.
4. Cuo Sangi In (Badan Pertimbangan Pusat)
Ketika pemerintahan Jepang berada di
tangan Perdana Menteri Toyo, Jepang pernahmemberi janji merdeka kepada
Filipina dan Burma, namun tidak melakukan hal yang sama
kepada Indonesia. Oleh karena itu, kaum nasionalis Indonesia protes. Menanggapi protes
tersebut, PM Toyo lalu membuat kebijakan berikut.
a. Pembentukan Dewan Pertimbangan Pusat (Cuo Sangi In).
b. Pembentukan Dewan Pertimbangan Karesidenan (Shu Sangi Kai) atau daerah.
c. Tokoh-tokoh Indonesia diangkat menjadi penasihat berbagai departemen.
d. Pengangkatan orang Indonesia ke dalam pemerintahan dan organisasi resmi lainnya.
5. Majelis Islam A’laa Indonesia (MIAI)
MIAI merupakan organisasi yang berdiri
pada masa penjajahan Belanda, tepatnya pada tahun 1937 di Surabaya.
Pendirinya adalah K. H. Mas Mansyur dan kawan-kawan. Organisasi ini
tetap diizinkan berdiri pada masa pendudukan Jepang sebab merupakan
gerakan anti-Barat dan hanya bergerak dalam bidang amal (sebagai
baitulmal) serta penyelenggaraan hari-hari besar Islam saja. Meskipun
demikian, pengaruhnya yang besar menyebabkan Jepang merasa perlu untuk
membatasi ruang gerak MIAI.
D. Reaksi Kaum Pergerakan Nasional terhadap Jepang
Kaum pergerakan dan kaum intelek nasional
akhirnya sadar bahwa Jepang ternyata jauh lebih berbahaya bagi bangsa
Indonesia karena kekejaman dan penindasannya terhadap rakyat. Sejak awal
tahun 1944, rasa simpati terhadap Jepang mulai hilang dan berganti
dengan kebencian. Muncullah gerakan-gerakan perlawanan terhadap Jepang,
seperti Gerakan 3A, Putera, dan Peta.
Salah satu contoh pemberontakan bangsa
Indonesia yang terbesar terhadap Jepang adalah pemberontakan Peta Blitar
tanggal 4 Februari 1945. Pemberontakan yang dipimpin Supriyadi ini
sangat mengejutkan Jepang. Banyak tentara Jepang yang terbunuh. Untuk
menghadapinya, Jepang mengepung kedudukan Supriyadi. Terjadilah tembak
menembak yang membawa banyak korban bagi kedua belah pihak. Dalam
pertempuran tersebut, Supriyadi menghilang. Peristiwa ini diabadikan
sebagai hari Peta.
Setelah perlawanan tersebut, muncul
perlawanan-perlawanan lainnya dari berbagai daerah, seperti perlawanan
rakyat Aceh dan perlawanan rakyat Sukamanah, Tasikmalaya. Adapun dari
kalangan intelektual, muncul organisasi-organisasi bawah tanah yang
menyebarluaskan pandangan anti-Jepang. Mereka menanamkan bahwa
bagaimanapun, Jepang tetap adalah juga penjajah seperti halnya Belanda.
Bangsa Indonesia menurut mereka, hanya akan sejahtera jika telah
sepenuhnya merdeka. Tokoh gerakan ini adalah Sjahrir dan Amir
Sjarifuddin.
BAB IV
PERISTIWA PENTING DI AMERIKA DAN EROPA SERTA PENGARUHNYA BAGI INDONESIA
A. Revolusi Prancis
Revolusi Prancis adalah perubahan bentuk
pemerintahan Prancis dari kerajaan menjadi republik. Peristiwa ini
terjadi pada masa pemerintahan Louis XVI pada abad ke-18. Revolusi ini
memiliki semboyan: liberte, egalite, fraternite (kebebasan, persamaan, persaudaraan).
1. Faktor-faktor penyebab terjadinya revolusi
a. Sebab-sebab umum
1) Ketidakadilan dalam bidang politik dan ekonomi
Masyarakat Prancis pada waktu itu terbagi atas tiga golongan.
a) Golongan I terdiri atas kaum bangsawan dan raja yang bebas pajak bahkan
berhak memungut pajak.
b) Golongan II terdiri atas kaum agama (pendeta dan cendikia) yang bebas pajak dan mendapat uang (gaji) dari hasil pajak.
c) Golongan III adalah rakyat biasa yang hanya menjadi objek pajak.
2) Kekuasaan absolut raja
Pemerintahan Louis XIV bersifat monarki absolut, di mana raja dianggap selalu benar. Semboyan Louis XIV adalah l’etat c’est moi (negara
adalah saya). Untuk mempertahankan keabsolutannya itu, ia mendirikan
penjara Bastille. Penjara ini diperuntukkan bagi siapa saja yang berani
menentang keinginan raja. Penahanan juga dilakukan terhadap orang-orang
yang tidak disenangi raja. Mereka ditahan dengan surat penahanan tanpa
sebab (lettre du cas). Absolutisme Louis XIV tidak terkendali karena kekuasaan raja tidak dibatasi undang-undang.
3) Timbul paham baru
Menjelang Revolusi Prancis muncul ide-ide
atau paham-paham baru yang pada intinya adalah memperjuangkan kebebasan
dan pemenuhan hak-hak asasi manusia. Paham-paham ini muncul akibat
berbagai tekanan yang menyengsarakan rakyat mulai menimbulkan
keinginan-keinginan untuk mencapai kebebasan. Paham-paham yang melatari
terjadinya revolusi di Prancis sebagai berikut.
a) Ajaran dari Jean Jasques Rousseau, tokoh pemikir dari Prancis. Dalam bukunya Du Contrat Social,
ia menyatakan bahwa menurut kodratnya manusia dilahirkan sama dan
merdeka. Buku ini juga memuat tiga prinsip yang di kemudian hari menjadi
semboyan Revolusi Prancis, yaitu liberte, egalite, dan fraternite
(kemerdekaan/kebebasan, persamaan, dan persaudaraan). Ajaran tersebut
menyebabkan Rousseau mendapat sebutan Bapak Demokrasi Modern.
b) Montesquieu, yang terpengaruh ajaran
John Locke (Inggris), menyebarluaskan ajaran Trias Politika, yaitu
pembagian kekuasaan menjadi kekuasaan legislatif, eksekutif, dan
yudikatif.
c) Paham Rationalisme dan Aufklarung menuntut orang untuk berpikir rasional (masuk akal).
d) Ajaran Voltaire tentang kebebasan.
4) Negara mengalami krisis ekonomi
Prancis mengalami kemerosotan ekonomi dan
keuangan pada masa pemerintahan Louis XVI. Hal ini disebabkan karena
sikap raja dan keluarganya, terutama permaisuri Marie Antoinette, selalu
menghambur-hamburkan uang negara untuk berfoya-foya.
5) Pengaruh perang kemerdekaan Amerika
Dalam perang kemerdekaannya dari Inggris,
Amerika dibantu oleh tentara sukarelawan Prancis yang dipimpin
Lafayette. Mereka kemudian terpengaruh oleh
napas kemerdekaan Amerika. Nilai-nilai perjuangan kemerdekaan Amerika seperti yang terangkum dalam naskah proklamasinya, Declaration of Independence
(disampaikan oleh Thomas Jefferson), yaitu pengakuan atas hak-hak
manusia, dengan segera menjalar menjadi paham baru di Prancis.
b. Sebab-sebab khusus
Untuk mengatasi krisis ekonomi, raja memanggil Dewan Perwakilan Rakyat (Etats Generaux).
Dewan ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah sebab dalam sidang
justru terjadi pertentangan mengenai hak suara. Golongan I dan II
menghendaki tiap golongan memiliki satu hak suara, sementara golongan
III menghendaki setiap wakil memiliki hak satu suara. Jika dilihat dari
proporsi jumlah anggota Etats Generaux yang terdiri atas golongan I, 300
orang, golongan II 300 orang, dan golongan III 600 orang, dapat
disimpulkan bahwa golongan I dan II menghendaki agar golongan III kalah
suara sehingga rakyat tidak mungkin menang. Jika kehendak golongan III
yang dimenangkan, golongan I dan II terancam sebab di antara anggota
mereka sendiri ada orang-orang yang bersimpati pada rakyat.
Akibat Revolusi Prancis
Akibat atau dampak Revolusi Prancis di dalam negeri dapat dipetakan sebagai berikut.
a. Bidang politik
Revolusi Prancis membawa perubahan dalam
sistem pemerintahan yang semula berupa monarki absolut menjadi
pemerintahan yang demokratis. Hak asasi manusia diakui dan dihormati.
Konstitusi atau undang-undang dasar merupakan kekuasaan yang tertinggi.
Muncul pula ide-ide republik, suatu bentuk pemerintahan yang melayani
kepentingan umum, dan prinsip-prinsip berikut.
1) Demokrasi, yaitu prinsip bahwa setiap
manusia dilahirkan dengan hak yang sama dalam kehidupan bernegara. Hak
yang dimaksud adalah hak bersuara, mengemukakan pendapat, berserikat,
dan berkumpul.
2) Perasaan nasionalisme sesuai dengan semboyan Revolusi Prancis: Liberte, Egalite, Fraternite (kebebasan,
persamaan, dan persaudaraan). Prinsip ini membangkitkan jiwa persatuan
yang menjadi kekuatan dalam menghadapi segala bahaya yang mengancam
negara.
b. Bidang ekonomi
Beberapa akibat adanya Revolusi Prancis dalam bidang ekonomi sebagai berikut.
1) Petani menjadi pemilik tanah kembali.
2) Penghapusan pajak feodal.
3) Penghapusan gilde.
4) Timbulnya industri besar
c. Bidang sosial
Akibat-akibat dalam bidang sosial, antara lain,
1) dihapuskannya feodalisme,
2) adanya susunan masyarakat yang baru, dan
3) adanya pendidikan dan pengajaran yang merata untuk semua lapisan masyarakat.
Adapun akibat atau dampak Revolusi Prancis terhadap dunia, termasuk dalam
perjuangan pergerakan bangsa Indonesia, sebagai berikut.
a. Penyebaran ide liberalisme.
b. Adanya penyebaran paham demokrasi di tengah kehidupan bernegara.
c. Berkembangnya ide nasionalisme.
B. Revolusi Amerika
Sejak ditemukan, Benua Amerika menarik
begitu banyak bangsa di Eropa untuk membangun koloninya. Bangsa-bangsa
yang pernah membangun koloni di benua tersebut, antara lain, Spanyol,
Prancis, dan Inggris. Kolonisasi Inggris atas Amerika bagian utara
diawali kedatangan John Cabot (1497) beserta sejumlah
penjelajah Inggris lainnya. Di benua baru tersebut, John Cabot dan
rekan-rekannya memperoleh hak mengelola beberapa bidang tanah yang
kemudian berkembang dan meluas menjadi koloni. Pada tahun 1763,
daerahdaerah di Amerika yang menjadi wilayah kekuasaan Inggris telah
mencapai tiga belas koloni yang memiliki pemerintahan sendiri
Akibat Revolusi Amerika
Revolusi Amerika membukakan mata dunia
bahwa dengan kekuatan persatuan dan penghargaan atas hak-hak asasi
manusia, kemerdekaan dapat diperoleh. Namun, bukan berarti kemerdekaan
dapat diperoleh secara cuma-cuma. Kemerdekaan harus diraih dengan usaha
sendiri dan pantang menyerah. Hikmah demikian pula yang menggerakkan
rakyat Indonesia untuk mulai memperjuangkan kemerdekaannya. Dengan
kesadaran akan hak asasi dan persatuan kepentingan, kemerdekaan
Indonesia akhirnya dapat diperoleh.
C. Revolusi Rusia
Pada permulaan abad ke-19, keadaan Rusia
masih terbelakang dibandingkan negara-negara Eropa lainnya. Masyarakat
Rusia pada masa itu terbagi atas dua golongan, yaitu tuan tanah
(bangsawan) dan petani (rakyat jelata). Rusia saat itu adalah negara
agraris. Sebagian besar penduduknya merupakan petani miskin yang harus
tunduk kepada tuan tanah, bahkan menjadi budak dari tuan tanah. Status
petani sebagai budak tuan tanah ini diatur dalam Undang-Undang
Perbudakan Rusia yang disahkan oleh Tsar Alexis I pada tahun 1646.
Perbudakan dihapuskan pada tahun 1861 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Emansipasi (Emancipation Edict) oleh Tsar Alexander II. Isi undang-undang tersebut sebagai
berikut.
1. Perbudakan dihapuskan.
2. Petani bekas budak mendapat tanah sebagai miliknya.
3. Negara membayar uang kerugian kepada tuan-tuan tanah pemilik budak.
Latar belakang Revolusi Rusia
Sejak kekalahannya dalam perang melawan
Jepang pada tahun 1905, bayangan revolusi selalu tampak di Rusia.
Berbagai gerakan rakyat menentang pemerintah ditindas dengan kekerasan
senjata. Gerakan tersebut bersifat sporadis dan seberapa pun
usahapemerintah untuk menindasnya, gerakan-gerakan serupa selalu muncul.
Akhirnya, revolusi sungguh-sungguh terjadi di tengah Perang Dunia
ketika Rusia mengalami kekalahankekalahan besar. Sebab-sebab terjadinya
revolusi sebagai berikut.
a. Pemerintahan Tsar Nicholas II yang reaksioner
Ketika negara-negara lain mulai mengakui
hak-hak politik bagi warga negaranya, Tsar Nicholas II masih enggan
melakukan hal yang sama. Ia memang mengizinkan dibentuknya Duma (daerah
perwakilan rakyat Rusia), namun keberadaannya hanya sandiwara belaka.
Pemilihan anggota Duma dilakukan dengan pura-pura karena pada
praktiknya, anggota Duma adalah orang-orang yang propemerintahan Tsar.
Hasil-hasil rapat dan rekomendasi Duma kepada Tsar tidak pernah
dihiraukan.
b. Susunan pemerintahan Tsar yang buruk
Pemerintahan pada masa Tsar Nicholas II
tidak disusun secara rasional, melainkan atas dasar favoritisme. Tsar
tidak memilih orang-orang yang cakap untuk pemerintahannya, orang-orang
yang dipilihnya untuk jabatan-jabatan pemerintahan hanyalah orang-orang
yang disukainya. Dalam hal ini, Nicholas II sangat dipengaruhi oleh
istrinya, Tsarrina Alexandra. Alexandra sendiri sangat dipengaruhi oleh
seorang biarawan yang menyebut dirinya sebagai utusan Tuhan, Grigori
Rasputin. Alexandra dan Rasputin adalah orang-orang yang sangat kolot
dan benci terhadap segala macam paham baru.
c. Perbedaan sosial yang mencolok mata
Kondisi kehidupan antara kedua golongan
masyarakat di Rusia pada masa itu sangat jauh perbedaannya. Tsar dan
para bangsawan hidup mewah dan kaya raya, sementara rakyat, terutama
petani dan buruh, sangat miskin dan sengsara. Bangsawan juga memiliki
berbagai macam hak yang tidak dimiliki rakyat, bahkan banyak hak rakyat
yang diabaikan. Sekalipun perbudakan telah dihapuskan, para bangsawan
tetap memperlakukan rakyat biasa seperti budak dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Persoalan tanah
Perubahan kebijakan agraria oleh Menteri Stolypin pada tahun 1906 hanya menghasilkan perubahan tanah-tanah mir menjadi milik perseorangan anggota mir. Di luar mir,
masih banyak tanah berukuran luas yang menjadi milik para tuan tanah,
baik bangsawan maupun para kulak (petani-petani besar). Tanah-tanah ini
dikerjakan oleh para petani kecil (buruh tani). Para buruh tani ini lalu
berusaha menuntut tanah yang seharusnya menjadi miliknya.
e. Adanya aliran-aliran yang menentang Tsar
Dalam revolusi pada tahun 1905,
aliran-aliran yang menentang Tsar dapat ditindas, tetapi tidak lenyap.
Mereka melakukan gerakan bawah tanah dan mengumpulkan kekuatan sambil
menunggu kesempatan untuk kembali muncul. Aliran-aliran tersebut sebagai
berikut.
1) Kaum liberal yang disebut Kadet
(Konstitusional Demokrat). Aliran ini menghendaki Rusia menjadi kerajaan
yang berundang-undang dasar.
2) Kaum sosialis menghendaki susunan
masyarakat yang sosialis serta pemerintahan yang modern dan demokratis.
Kaum sosialis merupakan anasir yang revolusioner dan terbagi lagi atas
dua aliran: Mensheviks (moderat atau sosial demokrat) dan Bolsheviks
(radikal, kemudian berkembang menjadi partai komunis). Golongan
Mensheviks dipimpin oleh Georgi Plekhanou yang kemudian digantikan oleh
Kerensky. Adapun golongan Bolsheviks dipimpin oleh Lenin dan Trotsky.
f. Kekalahan perang
Ketika melibatkan diri dalam Perang Dunia
I, sebenarnya Rusia tidak mempunyai tujuan perang yang tertentu. Rusia
ikut perang karena terikat dan terseret oleh perjanjian-perjanjiannya
dengan negara-negara lain, terutama yang tergabung dalam Triple Entente.
Keikutsertaan Rusia dalam Perang Dunia I mendapat sambutan dingin dari
rakyatnya. Peperangan yang tidak didukung oleh rakyat tentu menghasilkan
kekalahan. Kekalahan-kekalahan besar Rusia (pertempuran di Tannenberg
dan di sekitar danau-danau wilayah Masuri) semakin mengecewakan hati dan
melenyapkan kepercayaan rakyat kepada Tsar. Rakyat mulai jemu pada
peperangan dan menginginkan kedamaian.
g. Ancaman bahaya kelaparan
Lima belas juta warga Rusia dimobilisasi
untuk perang. Kesejahteraan mereka harus dijamin penuh oleh negara.
Sementara, banyaknya orang yang dikirim ke medan perang berakibat
kurangnya tenaga kerja, baik dalam bidang industri maupun pertanian.
Macetnya industri dan pertanian ini menimbulkan bahaya kelaparan sebab
kurangnya bahan makanan. Perekonomian negara pun menjadi kacau balau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar